Jumat, 28 Agustus 2009

Separuh Peserta Tak Lulus Ujian Uji Amdal untuk Tingkatkan Kualitas Lingkungan


Senin, 24 Agustus 2009 | 04:07 WIB

Jakarta, Kompas - Lebih dari separuh peserta uji kompetensi penyusun dokumen analisis mengenai dampak lingkungan dinyatakan gagal. Uji kompetensi pertama kali dilakukan akhir Juli 2009 dan hanya meloloskan 19 dari 43 peserta.

”Sebagai awal tidak apa-apa, mudah-mudahan ke depan lebih baik hasilnya,” kata Deputi VII Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas Sudariyono ketika dihubungi di Jakarta, Minggu (23/8).

Banyaknya peserta yang gagal, lanjutnya, tidak akan diikuti perubahan materi uji kompetensi. Kalaupun ada evaluasi, bukan ditujukan untuk memudahkan kelulusan.

”Kompetensi penyusun amdal yang jadi tujuan sehingga standar tidak akan diturunkan,” katanya. Dengan kata lain, penyusun yang mesti mengikuti standar, bukan sebaliknya.

Dihubungi terpisah, Sekretaris Umum Lembaga Sertifikasi Kompetensi-Ikatan Nasional Tenaga Ahli Konsultan Indonesia (LSK-Intakindo) Yayat T Soemitra, yang merupakan pelaksana uji kompetensi, mengatakan, sebagian peserta yang gagal diizinkan mengikuti uji kompetensi tahap berikutnya. Namun, ada sebagian yang tidak diizinkan mengulang. ”Ada ketentuan yang membuat sebagian tidak boleh mengulang lagi,” kata dia.....

Ketentuan itu terkait dengan skor nilai ujian, berupa tes teori tertulis dan wawancara. Sebanyak 18 penilai uji kompetensi yang direkrut dari ratusan pelamar memberikan penilaian tersebut.

Hadapi persaingan

Uji kompetensi penyusun dokumen amdal tersebut merupakan kebijakan baru sejak amdal dikenalkan pertama kali di Indonesia pada 20 tahun silam.

”Kompetensi mutlak diperlukan, selain demi kualitas lingkungan yang terjaga, juga karena banyak konsultan asing yang masuk dan boleh praktik di Indonesia,” kata Deputi I Menteri Negara Lingkungan Hidup Bidang Tata Lingkungan Hermien Roosita.

Banyaknya peserta yang gagal diharapkan tidak menurunkan semangat para penyusun dokumen amdal yang lain. Sebaliknya, hal itu memompa semangat menuju profesionalitas.

Diakui Hermien, kualitas dokumen amdal selama ini belum baik. Tak sedikit di antaranya yang disusun tidak serius dan hanya menyalin dokumen amdal dari tempat lain.

Akibatnya, kualitas lingkungan terus merosot sekalipun banyak proyek atau kegiatan yang memiliki dokumen amdal. ”Kami sadar akan hal itu dan perlu memperbaiki diri,” kata dia.

Kebijakan Kementerian Negara Lingkungan Hidup adalah setiap lembaga konsultan penyusun amdal di daerah nantinya minimal terdiri atas satu ketua dan dua anggota dengan sertifikat kompetensi penyusun.

Menurut Sudariyono, uji kompetensi tersebut sudah disosialisasikan kepada pemerintah daerah, swasta, dan para konsultan, yaitu bahwa saat ini ada standar yang harus dipatuhi. (GSA)
Read More......

Kamis, 20 Agustus 2009

KUNJUNGAN WARGA KOTA CIMAHI







DALAM RANGKA PEMBINAAN WAWASAN PENGELOLAAN TPA (KONSEP 3R DAN KOMPOSTING), DINAS PENYEHATAN LINGKUNGAN DAN KEBERSIHAN PEMERINTAH KOTA CIMAHI DAN MASYARAKAT PENGELOLA SAMPAH CIMAHI, BERKUNJUNG KE GRIYA CEMPAKA ARUM UNTUK BERBAGI PENGALAMAN DENGAN FOKAL .


Beberapa hari lalu perwakilan PemKot Cimahi dari Dinas Penyehatan Lingkungan dan Kebersihan melakukan survei untuk kemudian membawa masyarakat nya mempelajari dan membandingkan pengelolaan sampah di beberapa tempat. Sebelum ke GCA rombongan yang terdiri dari empat mobil van dan satu buah bus besar ini berkunjung ke pengelolaan sampah di Unpad Jatinangor.

Tidak kurang dari 100 orang partisipan berdialog dan bertukar pengalam serta pemikiran dengan kader Fokal. Masjid Siti Aisyah pertemuan dimulai. Ibu Dwi Retnastuti sebagai Ketua Fokal memberikan pemaparan mengenai sejarah dan awal mula kegiatan fokal. Bukan tanpa perjuangan dan kerja keras, semua memerlukan pengorbanan ; baik material maupun imaterial.....


Di awali dengan dua orang ibu (ibu sonya dan ibu rena), kemudian dibentuklah fokal yang mayorita anggotanya ibu-ibu dengan sedikit sekali kaum bapak nya. Sampai dengan hari ini Fokal tetap eksis dalam pengelolaan sampah.

Konsolidasi dengan pemerintah dan LSM terkait, sosialisasi dengan masyarakat lokal sampai luar pulau pun dilakukan. Hasilnya dukungan serta support lainya diraih, meskipun masih banyak aral yang merintang Fokal berniat dan bertekad tetap eksis dalam management persampahan ; mulai dari pengelolaan sampai dengan pengolahan.

Berbagai kunjungan dari berbagai element masyarakat dan Pemerintah adalah salah satu bukti nyata kinerja dan tekad fokal dalam upaya pengentasan permasalahan persampahan Kota dan di manapun juga.

Dengan tanpa diiringi rasa tinggi hati, yang semoga tidak pernah mendekati, Fokal berharap kesadaran masyarakat dan elemennya serta dukungan penuh pemerintah akan dapat merubah pola-pola penanganan sampah menuju kepada pengelolaan sampah yang lebih baik, yaitu :”Pengelolaan sampah berbasis masyarakat”.
Read More......

LEBIH BERNILAI SETELAH DIOLAH

DIKUTIP DARI HARIAN LOKAL TRIBUN JABAR RABU 19 AGUSTUS 2009

KELOLA SAMPAH

KUNJUNGI FOKAL – Pelajar SMA Muthahari Bandung berkunjung ke tempat pengelolaan sampah milik FOKAL di Griya Cempaka Arum beberapa waktu lalu.

JIKA tidak dikelola dengan benar, sampah kerap kali menjadi masalah. Bau busuk, udara yang tercemar, membuat kita tidak tahan berlama-lama di dekat sampah. Masalah lingkungan dan masalah lainnya kadang muncul akibat pengelolaan sampah yang salah.....

Namun ditangan orang yang kreatif , siklus hidup barang bisa menjadi lebih panjang. Barang yang sudah dianggap bisa diubah menjadi sebuah produk dengan diolah menjadi b arang yang mempunyai nilai tambah, menarik dan dapat dipakai lagi.

Warga Griya Cempaka Arum melalui wadah Forum Kader Lingkungan (FOKAL) sukses mengelola sampah menjadi barang yang lebih berguna.

“Sebelum diolah kita pisahkan antara sampah organik dan sampah non-organik. Untuk sampah non-organik masih bisa kita buat beberapa kerajinan seperti tas dari kantong plastik bekas kopi, atau barang lain dengan desain menarik. Sementara sampah organik kita olah menjadi kompos,” kata Afifi Rahmat, pengurus Fokal yang mendampingi pelajar di tempat pengelolaan sampah organik.

Sekitar dua ratus pelajar SMA Plus Muthahari Bandung berkunjung ke tempat pengelolaan sampah fokal beberapa waktu lalu. Mereka melakukan studi Lingkungan Sosial ke pengelolaan sampah.

“Selain di ruangan sekolah, kita bekali siswa dengan pelajaran lain, seperti kemasyarakatan yang berkaitan dengan pengelolaan sampahini,” kata Sukardi, pembimbing di Yayasan Muthahari.

Menurut Afif, pada kunjungan ini pelajar diberikan wawasan tentang pengelolaan dan pengolahan sampah.

Di Fokal, sampah dikembangkan membuat kompos dengan nama tekhnik takakura atau membuat kompos dengan sistem keranjang kompos. Antara biang bakteri yang dicampurkan dengan sampahnya yaitu satu banding satu. (muhammad barir)
Read More......

Sabtu, 15 Agustus 2009

World Bank dan Pemkot Cimahi Mengunjungi Fokal

Lebih dari satu bulan blog ini tidak di up date, selain kegiatan fokal - masing-masing personal yang sudah berkeluarga semua disibukkan dengan kegiatan liburan sekolah anak-anak. Pertengahan july fokal memulai lagi kegiatan rutinnya berupa sosialisasi kepada warga untuk menuju pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Demikian halnya dengan kegiatan di TPS (tempat pembuangan sampah sementara) di GCA. Pemilahan sampah organik dan komposting juga menemui babak baru dimana sampah organik menumpuk menunggu untuk dikomposkan setelah beberapa waktu terabaikan.

Tidak sampai dua pekan panen kompos sudah dua kali dengan volume yang menakjubkan 16 karung ukuran 50 kg (-/+ 500kg). Satu tumpuk kompos seharusnya dipanen satu pekan lebih awal, karena liburan sekolah maka panen dirapel 2 pekan kemudian).

Sebuah perkembangan baru, kali ini di TPS GCA kedatangan rombongan tamu pelajar dari SMU MUTHAHARI. Pada tanggal 30 July 2009 para pelajar yang dimotory guru-guru di ajak untuk lebih perduli dan mau melihat langsung bagaimana sampah di proses di TPS GCA. 200 orang siswa dan guru-guru meramaikan suasana komplek perumahan Griya Cempaka Arum yang biasanya sepi pengunjung....

Setelah kunjungan para pelajar SMU pada tanggal 11 agustus 2009 kembali Fokal kedatangan seorang tamu yang berkelas International, berkebangsaan Inggris, konsultan dari sebuah lembaga Lingkungan GLOBAL ENVIRONMENT FACILITY. ROB CRAIG di dampingi oleh beberapa perwakilan pemerintah kota dan salah seorang pemerhati lingkungan dari Jakarta. Rob Craig mensurvei dan banyak bertanya ; dari mulai ide, tekhnis dan non tekhnis sampai kepada biaya operational sehari-hari, termaksud seberapa besar perhatian dan dukungan pemerintah. Lunayan takjub Mr.craig mengetahui semua aktivis fokal adalah full volunteer di sandarkan dengan kegiatan yang sudah mampu mereduksi sampah sangat signifikan, sosialisasi, dan mendisiplinkan petugas.


ROB CRAIG DARI WORD BANK DAN ROMBONGAN


Tak lama berselang rombongan Mr.Craig meninggalkan GCA disusul kedatangan 3 orang (1 orang bapak dan 2 orang ibu) petugas dari pemerintah kota Cimahi dari Dinas Penyehatan Lingkungan dan Kebersihan (DPLK). Beliau-beliau ini sengaja diutus oleh pemerintah kota Cimahi untuk melakukan study perbandingan dengan kegitan di GCA. Rencananya tanggal 19 agustus 2009 yang akan datang akan membawa warga cimahi untuk sharing pengalaman dan bertukar ilmu serta pengalaman mengatasi persoalan persampahan kota.



dengan DPLK PEMKOT CIMAHI

Mudah-mudahan ini akan menjadi kebaikan bagi kita semua baik warga Bandung maupun Cimahi untuk menuju kepada perubahan radikal paradigma persampahan yang didukung oleh pemerintah kota baik lokal maupun interlokal. Ammin
Read More......