Rabu, 27 Agustus 2008

PADI DALAM POT



Kurang lebih 3 bulan yang lalu, saya mendapatkan kontak 2 orang dari DPLKTS (dewan pemerhati lingkungan dan kehutanan tatar sunda) yaitu Bapak Mubiar Purwasasmita dan Bapak Sobirin, kontan langsung saya menghubungi salah satu dari mereka. Orang pertama yang saya hubungi via sms adalah Bapak Mubiar, beberapa hari kemudian kami pun bertemu muka di rumah seorang petani organic yang terbilang berhasil, namanya Bapak Agung, beliau sudah memulai pertanian organiknya sejak 2004 lalu dan kini sudah bisa hasil padi organiknya sudah bisa mencapai belasan ton gabah kering giling (GKG) per hektarnya. Pak Agung beruntung sekali karena mendapatkan bimbingan langsung dari Bapak Mubiar.

Pertemuan dengan Bapak Mubiar yang dosen ITB dan ahli kimia ini tidak saya sia-sia beberapa pertanyaan tentang sampah dan pertanian terlontar dan di jawab dengan lugas dan tegas. Berkenaan dengan masalh sampah Bandung tercinta ini kata beliau “Pemerintah harusnya tanya saya.”, oh jadi PEMKOT tidak pernah bertanya sama Bapak? Di saat yang sama sedang diselenggarakan pertanian metode SRI (system rice intensivication), isinya mengenai pengenalan dan perbaikan struktur tanah, efisiensi air, dan pertanian padi organic. Jadi bertani tanpa menggunakan pupuk sintetik/kimia buatan atau racun serangga/hama (insectisida), selain ramah lingkungan dan sehat alias aman dikonsumsi – system ini juga amat murah sekali, karena tidak perlu beli bahan-bahan nya, semua disediakan oleh alam. Karena berusaha untuk memanfaatkan yang ada maka pengenalan karakter hama, gulma dan banyak lagi juga di berikan sebagai materi terkait. ....

Karena cuma 2 hari maka semua berkisar pengenalan dan praktek untuk tindak lanjutnya, disarankan membentuk kelompo-kelompok tani agar dapat berdiskusi dan mencari solusi. Hebat ya, petani dipicu untuk menjadi peneliti dan pelaku sekaligus, petani jadi pintar dan bukan main lah. SubhanaLlah …..semoga para petani benar-benar menajdi pintar dan kritis terhadap permasalahan yang ada tidak tuturut munding.

Padi itu bukan tanaman air jadi jangan digenangi air, tapi padi perlu air. Sambil menyelam – meminum air, sambil terus belajar mengenai tanah dan tumbuhan yang satu ini saya pun mencoba menanam padi dalam karung plastic, plastic keresek dan plastic lain yang terbuang. Pokoknya padi itu sebaiknya di tanam dengan jarak tanam min 50cm agar akarnya mengembang. Medianya tanah dan kompos, pupuknya – pupuk alami buatan sendiri dari rebung/iwung, bonggol pisang dan buah-buahan. Singkatnya sekarang pada saya berumur 1,5bulan, subhanaLlah anakannya sudah lebih dari 50 anakan. Saya jadi teringat firman Allah tentang sedekah dan kebaikan, “kebenaran itu ibarat sebuah pohon yang mempuyai banyak dahan dan masing-masing mempunyai banyak ranting – dan masing-masing ranting mempunyai banyak cabang dan seterusnya.” Ini adalah mengaji lewat alam…”lihatlah bumi yang dihamparkan dan langit yang ditinggikan….sesungguhnya ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang beriman.

Karena masih coba-coba banyak juga kendalanya, tapi bukan soal, setiap masalah adalah ujian asal jangan dibuat-buat maslahnya. Kalau mau pintar dan benar harus sabar dan tahan uji serta ikhtiar yang benar (istiqamah). Berikut ini adalah berturut-turut kesalahan yang saya alami dalam menanam padi dalam pot penyemaian tidak mempertimbangkan pemindahan padi setelah usia tanam, padi metode SRI ini di tanam pada usia 5-7 hari jadi masih muda. Saya menyemai ratusan benih padi tempatnya belum ada, akhirnya cuma kurang dari 30 benih yang di tanam sisanya didiamkan sampai besar, ada yang mati karena kurang media ada juga yang di minta teman-teman untuk percobaan nyawah di rumah katanya.

pada saat pemindahan sebaiknya usia padi tidak lebih dari 15 hari agar biji padi masih ada dan akar belum jadi benar, karena jika sudah jadi dan biji padinya sudah hilang, padi lebih membutuhkan perhatian dari biasanaya. plastic tempat menanam padi saya lubangi banyak sekali, sehingga air mudah keluar. Sebaiknya tidak dilubangi sama, biarkan air menguap dengan panas matahari, sehingga padi lebih tahan sekalipun tidak di siram selama 1 minggu. penggunaan pupuk alami, dinamakan MOL oleh kebanyakan orang yang menjadi guru saya, MOL saya tempatkan dengan tertutup rapat sehingga udara sulit masuk hasilnya MOL tidak efektiv.

MOL juga bisa buat activator kompos.untuk sementara sekian dulu tentang padinya, saat ini saya sedang semai baru, kali ini tentunya sedikit saja karena sudah ada catatan kesalah di atas, jadi lebih hati-hati. Saat ini baru kecambahnya saja yang keluar (sekitar 3 hari) di rendam air dengan kompos. Insya Allah saya akan bagi-bagi pengalaman, mengenai padi ini, semoga bermanfaat. Bagi yang tertarik boleh email ke ardhielemeidian@gmail.com atau posting saja dib log ini.
Read More......

Senin, 25 Agustus 2008

PRINSIP-PRINSIP MEMBUAT KOMPOS


KOMPOS



Kompos adalah suatu media yang berasal dari bahan-bahan organik (makhluk hidup) yang telah mati dan di proses melalui proses dekomposisi. Dinamakan kompos karena prosesnya dengan dekomposisi yaitu suatu proses fermentasi dimana terjadi penguraian unsur-unsur bio kimia oleh mikro organisme menjadi variable yang lebih banyak. Kompos yang secara alami terjadi di alam membutuhkan waktu sedikitnya 3 bulan, namun proses tersebut bisa dipercepat dengan diperbanyaknya mikro organisme dan pengaturan suhu yang tepat. Hasilnya kompos bisa dibuat hanya dalam jangka waktu 15 hari.

Kompos memiliki komposisi yang lengkap dan amat dibutuhkan oleh makhluk hidup lain. Oleh karena itu kompos menjadi tempat hidup favorit bagi mikro organisme, kemudian secara langsung dan tidak, kompos, mikro organisme dan tumbuhan saling bersimbiosis yang menguntungkan. Dengan kata lain kompos dapat memperbaiki sifat kimia, sifat fisik, dan sifat biologi tanah dari tidak subur – menjadi subur, dari tidak bisa mengikat air - menjadi kaya akan air, dari yang tadinya tandus – menjadi gembur.....

Prinsip-prinsip Komposting

Proses dekomposisi adalah mengadopsi proses yang dilakukan oleh alam, di alam proses pengomposan terjadi sampai menjadi humus. Oleh karena itu dalam proses pengomposan yang dilakukan manusia mengharapakan hasil yang sama seperti alam namun dengan waktu yang lebih singkat. Bisa disimpulkan bahwasanya proses dekomposisi mempunyai 2 tujuan :

1.menghasilkan pupuk bio yang dibutuhkan tanaman untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman tersebut.

2.mempercepat proses dekomposisi, dengan memperkecil volume bahan organik, memperbanyak volume mikro organisme dan pengaturan suhu.

Dengan memperhatikan 2 tujuan di atas maka dekomposisi memiliki prinsip-prinsip agar hasil menjadi optimal, diantaranya :

memperkecil volume bahan organik, dipotong-potong sekecil mungkin
ditambahkan mikro organisme, dengan MOL (mikro organisme lokal)


"variable bahan organik yang banyak, agar nutrisi bervariasi,ditumpuk dan di tutup, untuk menjaga suhu dan kelembaban serta terlindung dari sinar matahari dan hujan diberi lubang dan di balik-balikan untuk menjaga sirkulasi udara"
Jika prinsip-prinsip di atas dilakukan maka hasil akan optimal baik berupa pupuk yang kaya nutrisi maupun waktu pembuatan kompos yang lebih cepat (15 hari).

Bahan-bahan kompos

Bahan-bahan kompos berasal dari makhluk hidup yang sudah mati (biota), bisa berupa dedaunan, sampah dapur, sisa makanan, sisa pertanian, kotoran makhluk hidup (tinja dan urine) dan banyak lagi.

Alat-alat yang dibutuhkan:

pencacah, golok dsb.Bambu yang telah dilubangi ruasnya untuk sirkulasi udara dan diberi banyak lubang di sisi-sisi nya,Penutup; karung, terpal, plastik dsb

Membuat MOL

Sebelum membuat kompos perlu diketahui mengenai MOL atau Mikro Organisme Lokal. Mikro = tidak terlihat, Organisme/organik = makhluk hidup, Lokal = di sekitar kita. Jadi MOL adalah makhluk hidup yang tidak terlihat mata yang ada disekitar kita atau mudah didapat. Pada umumnya mikro organisme hanya membutuhkan 2 komponen hidup, yaitu air dan udara. Sedikit berbeda dengan makro organisme atau makhluk hidup yang terlihat mata, membutuhkan tiga komponen hidup air, udara dan tanah. Mikro organisme tidak membutuhkan tanah sebagai media penunjang hidupnya tetapi mereka bisa hidup di tanah dan lebih mudah berkembang di tanah.

Mikro organisme selalu ada disetiap makhluk hidup yang makro, mereka tumbuh dimana ada air dan udara. Oleh karena itu mengumpulkan mikro organisme bukanlah pekerjaan yang sulit, karena mereka selalu ada di setiap makhluk hidup. Itulah sebabnya pengumpulan mikro organisme dilakukan melelui media makhluk hidup yang sudah mati, karena pada makhluk hidup yang sudah mati mereka (mikro organisme) berkembang lebih cepat.

Prinsip-prinsip membuat MOL

Pada prinsipnya tidak berbeda dengan prinsip-prinsip pembuatan kompos, hanya saja prinsip pembuatan MOL membutuhkan lebih banyak air dan sedikit udara, untuk mempercepat pertumbuhan Mikro Organisme di tambahkan gula atau bahan-bahan organik yang manis, seperti air kelapa, air tebu, air nira, dan buah-buahan yang manis.

Bahan-bahan membuat MOL Juga tidak berbeda dengan bahan-bahan kompos, hanya saja volume bahan organiknya lebih sedikit dan lebih banyak air, di tambah dengan gula atau bahan organik yang manis.

Cara membuat MOL

Karena prinsipnya tidak berbeda dengan prinsip-prinsip kompos maka dalam membuat MOL juga membutuhkan perlakuan yang sama. Pemotongan yang kecil-kecil (kalau perlu jadi bubur), dicampur dengan air 5-10 kali volume bahan organik dan sedikit gula. Perbandingannya kira-kira seperti ini bahan organik 10-20%, air 50-100% dan gula cukup 1%. Jika menggunakan air tebu atau air kelapa tidak perlu ditambah gula. Semua bahan diaduk dalam sebuah wadah sampai bercampur, kemudian tutup dengan kain atau kertas Koran, untuk menjaga sirkulasi udara dan tidak terkontaminasi dengan makhluk makro. Diamkan selama 5-15 hari, kemudian disaring jika MOL mau disemprotkan, jika tidak disemprot tidak perlu disaring. Mikro Organisme Lokal siap pakai.

Membuat kompos

potong-potong bahan organik sekecil mungkin, makin kecil makin baik untuk mempercepat proses pelapukan. Letakkan bambu dengan jarak maksimal 25cm
Tumpukan bahan organik yang telah dipotong-potong kecil di atas tanah
Siram dengan MOL sampai merata
Tutup dengan penutup

Perlakuan yang dibutuhkan adalah membalik-balikan kompos agar proses lebih cepat atau tidak tapi akan memakan waktu lebih lama. Setelah 3 hari akan muncul panas sampai hari ke 10, itu artinya proses dekomposisi sedang berlangsung, di hari ke 11 suhu menurun dan semakin turun di hari-hari berikutnya. Pada hari ke 16 kompos siap panen.

Setelah di panen sebaiknya kompos disaring agar ukurannya serupa, dan agar terpisah dengan bahan-bahan yang masih berukuran besar. Bahan-bahan berukuran dengan diameter lebih dari 5cm memiliki kecenderungan belum jadi di hari tersebut, sekurang-kurangnya masih membutuhkan waktu 14 hari lagi – jadi kompos yang ukurannya besar-besar sebaiknya dikomposting lagi atau bisa dijadikan media dengan meletakkannya bersentuhan langsung dengan udara. Tujuannya agar proses dekomposisi jika masih ada pada kompos ukuran besar itu, tidak mengakibatkan kerusakan pada tumbuhan akibat panas. Silahkan mencoba, semoga bermanfaat.
Read More......

Minggu, 24 Agustus 2008

Pupuk Alami

Pupuk secara bahasa yaitu memelihara dan menjaga sesuatu sehingga bisa menjadi tumbuh dan berkembang. Kata pupuk biasa di gunakan untuk sesuatu yang bisa menyuburkan tanaman sehingga menjadi baik.

Alami artinya sesuatu yang berasal dari alam baik cara, bahan maupun tekhnik-tekhniknya mengikuti siklus alam.

Jadi pupuk alam adalah menjadikan sesuatu menjadi tumbuh dan berkembang dengan bahan, cara dan tekhnik dari alam.

Karena ada tekhnik alam yang diadopsi jadi sedikitnya perlu diketahui bagaimana alam membuat pupuk. Hutan yang sedemikian luasnya, mampu memberi makanan kepada milyaran tumbuhan – tanpa ada yang menyirami kecuali hujan. Jawaban semua itu ada pada satu kata ‘humus’, hutan banyak sekali menyimpan humus di tanahnya. Humus adalah media tumbuh yang sangat sempurna, mikro organisme sangat senang hidup di dalam humus. Tetapi apakah humus mengandung makanan? Benar humus banyak mengandung makanan bagi mikro organisme, sehingga mereka betah tinggal di situ. Tetapi apakah setiap humus mengandung atau didiami oleh mikro organisme yang cukup banyak? Mikro organisme di dalam humus atau tanah adalah makanan bagi setiap tumbuhan yang tumbuh di permukaan tanah, tumbuhan akan tumbuh dengan suburnya jika media (humus atau tanah) banyak mengandung mikro organisme yang cukup). Kenapa harus cukup banyak mikro organismenya, karena jika terlalu banyak mikro organisme yang terjadi malah akan sebaliknya, yaitu : mikro organisme yang memakan tumbuhan, tumbuhan akan kering dan kalau tidak tahan akan mati.

Kembali kepada ide mengadopsi ide kepada alam, kecenderungan alam akan selalu tepat dalam memproses humus – sehingga humus hutan aman buat tumbuhan. Semuanya terletak pada simbiosis mutualime, yaitu : ketergantungan hidup sesama makhluk hidup, sekalipun seekor kerbau tidak mampu membesihkan kulitnya dari kutu-kutu, burung-burung kecil membantunya membersihkan kutu-kutu tersebut – sekalipun tumbuh benalu atau parasit di pohon, hewan atau parasit lain yang membantu sang indung.

Kesimpulannya, natural atau alami tidak sekedar alami bahan tetapi tekhniknya juga mengikuti siklus alami. Jangan merusak alam atau membinasakan alam, lakukan sesuatu yang sifatnya mematikan hanya jika akan bermanfaat kepada diri atau orang lain. Misalnya : membunuh hewan atau tumbuhan untuk dimakan, dipergunakan untuk kebutuhan hidup –bukan foya-foya, riya, dan banyak lagi kesia-siaan. Atau membunuh jika sesuatu itu telah melakukan kerusakan yang berat sehigga perlu diberantas, hal inipun harus mempertimbangkan aspek eksistensi makhluk yang akan dibunuh tersebut. Jadi jangan keterlaluan kalau mau memberantas hama, cukup di kurangi saja jangan sampai membinasakan. Karena komunitas makhluk yang menjadi hama (disebut hama karena merusak) jika jumlahnya sudah melebiha siklus alam itu sendiri. Kalau makhluk itu tetap eksis dengan takarannya insya Allah justru menguntungkan.

Makhluk hidup

Keanekaragaman hayati (makhluk hidup) adalah sebuah fenomena alam yang isinya banyak sekali berperan dalam eksistensi manusia dan makhluk hidup lainnya. Mudahnya manusia tidak hanya membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupan tetapi manusia juga membutuhkan makhluk hidup lain untuk menunjang kehidupannya, pernahkah kita menyadari kemudian merenungkan betapa tubuh manusia didiami oleh milyaran makhluk hidup lain yang kestabilan eksistensinya dibutuhkan tubuh, jika saja satu diantara komunitas mereka tidak stabil, berlebih atau berkurang, manusia akan merasakan dampaknya – yang kita kenal dengan sakit. Jadi sakit itu adalah bahan renungan dimana manusia telah melakukan kesalahan terhadap makhluk hidup yang ada di dalam tubuhnya. Bagaimana dengan makhluk yang ada di luar tubuh? Secara umum hampir serupa. Semua makhluk hidup tersebut membutuhkan media untuk hidup, seperti halnya manusia membutuhkan tempat berteduh dari panas dan dingin, makanan dan pelindung tubuhnya. Hanya saja pada makhluk selain manusia, mereka hidup hanya sekedar siklus ; lahir – tumbuh – berkembang – tua dan mati. Manusia juga mengalami sklus yang sama dengan sedikit perbedaan pada fase tumbuh dan berkembang, manusia mempunyai pilihan sesuai dengan kemampuan akalnya (rasio) dalam menentukan pertumbuhannya dan perkembangan nya, maksudnya manusia bisa mengatur fase pertumbuhan dan perkembangan, tidak hanya untuk dirinya tetapi seluruh makhluk lain dan benda mati lainnya. Jadi dalam hal ini manusia lah yang menentukan mau ke arah mana kehidupan alam ini menuju. Oleh karena itu manusia adalah pemimpin di muka bumi, karena manusia bisa menentukan rusak atau benar nya kehidupan.

Media hidup makhluk hidup

Setiap makhluk hidup lahir – tumbuh – berkembang – tua dan mati dalam sebuah komunitas, kemudian kemunitas tersebut bersinergi dengan lingkungan sehingga terbentuklah sebuah ekosistem. Habitat makhluk hidup tidak terbatas kepada tempat atau media mati saja, habitat makhluk hidup mutlak membutuhkan keberadaan makhluk hidup lain untuk menjaga kesinambungan khidupan makhluk hidup, oleh karena itu media mati seperti tanah, batu, udara, air dan lain sebagainya mutlak didiami oleh beraneka ragam mkhluk hidup agar alam lestari.

Tanah

Media hidup yang paling besar adalah udara, air, dan tanah. Udara, Air, dan tanah terbentuk dari jalinan berbagai unsure dan proses kimia alam. Tanah adalah salah satu bagian dari media hidup tersebut, tanah didiami oleh triliyunan makhluk hidup termaksud manusia, ada yang mikro (tidak terlihat) dan ada yang makro (terlihat) semuanya saling membutuhkan dan kebutuhan ini dalam skala yang cukup (tidak kurang dan tidak lebih). Untuk menjadi media yang nyaman didiami oleh makhluk hidup tanah membutuhkan udara dan air yang cukup pula yang kita kenal dengan PH (Potensial Hidrogen) atau tingkat keasaman tanah. PH tanah yang baik umumnya adalah 7, jika lebih menjadi basa – jika kurang menjadi asam. PH tanah yang baik dan seimbang membutuhkan sentuhan tangan manusia sebagai pengatur nya. Sebagai pertimbangan umum, pada umumnya setiap benda mati memiliki kecenderungan asam atau basa agar menjadi seimbang (netral) keduanya harus dicampurkan sesuai dengan dosis yang ada. Khusus untuk tanah, ia memiliki potensi asam karena makhluk hidup mengambil basa tanah – dan makhluk hidup memiliki basa yang tinggi setelah mati. Jadi tanah membutuhkan makhluk hidup yang mati untuk menjaga keseimbangan PH nya.

Makhluk hidup yang mati akan dikonsumsi oleh makhluk hidup lain di tanah, kemudian proses dan sisa dari proses tersebut menstabilkan kondisi tanah. Inilah ide awal pembuatan PUPUK ORGANIK.

Pupuk organik

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pupuk adalah menjadikan sesuatu tumbuh dan berkembang. Organik adalah makhluk hidup atau biota, jadi membuat pupuk organik sama dengan memelihara biota (makhluk hidup). Kemudian media hidup mereka tanah, air dan udara. Bisa di analogikan kebutuhan biota tanah akan tanah, air dan udara adalah 60:20:20. Biota tanah hidup di tanah oleh karena itu presentasi kebutuhan tanahnya lebih besar, kemudian air dan udara. Jika air dan udara nya dihilangkan maka tidak akan ada kehidupan biota tanah. Oleh karena itu dibuthkan tanah yang mampu meesap air dan menjaganya agar tidak lekas hilang, begitu juga kebutuhan akan udara. Tanah yang subur secara fisik dapat terlihat dari kegemburannya, karena mengandung udara dan air yang cukup, juga bisa terlihat dari warnanya, jika gelap menunjukan kadar air yang banyak, contoh : tanah Lumpur. Tanah lumpur sedikit sekali mengandung udara sehingga tanah lumpur tidak baik untuk pertumbuhan biota-biota tertentu, maka pada umumnya tanah lumpur membutuhkan proses lagi agar ia dapat dipergunakan untuk tanaman pada umumnya.

Berikut ini adalah kutipan mengenai pupuk organik dan pupuk hayati (bio fertilizer) dari http://www.isroi.wordpress.com



Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pupuk Kimia

Banyak orang yang sering salah presepsi dalam menggunakan pupuk kimia, pupuk hayati dan pupuk organik. Pupuk organik dan pupuk hayati seringkali disamakan dengan pupuk kimia. Padahal pupuk-pupuk ini sebenarnya berbeda sama sekali.

Pupuk Kimia

Seperti namanya pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia bisa dibedakan menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara lengkap. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, DSP, dan SP-26 untuk hara P, Kcl atau MOP untuk hara K. Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan komoditasnya.

Pupuk Organik



Kompos, pupuk organik yang murah dan mudah dibuat.

Pupuk organik seperti namanya pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa orang juga mengkelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah compost tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.

Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam pupuk organik juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain. Namun, kandungan hara tersebut rendah. Berdasarkan pengalaman saya, tidak ada pupuk organik yang memiliki kandungan hara tinggi atau menyamai pupuk kimia.

Orang sering kali menghitung kebutuhan pupuk organik berdasarkan kandungan haranya saja. Kandungan hara pupuk organik disetarakan dengan kandungan hara dari pupuk kimia yang biasa digunakan. Akibatnya kebutuhan pupuk organik jadi berlipat-lipat dibandingkan dengan dosis pupuk kimia. Sebagai contoh kompos dengan kandungan sebagai berikut: 2.79 % N, 0.52 % P2O5, 2.29 % K2O. Maka dalam 1000 kg (1 ton) kompos akan setara dengan 62 kg Urea, 14.44 kg SP 36, dan 38.17 kg MOP. Cara menghitungnya sebagai berikut:

Hara N =
(%N Kompos x 1000 kg)/%N Urea = (2.79% x 1000 kg)/45% = 62 kg

Hara P=
(%P2O5 kompos x 1000 kg)/%P2O5 SP-36 = (0.52% x 1000 kg)/36% = 14.44 kg

Hara K=
(%K2O kompos x 1000 kg)/%K2O MPO = (2.29% x 1000 kg)/60% = 38.17 kg

Misalkan padi biasanya diberi pupuk kimia dengan dosis 200 kg Urea,100 kg SP-36, dan 150kg MOP/KCl. Agar haranya sama maka kompos yang diperlukan kurang lebih sebanyak 7 ton. Dosis yang besar ini akan berimplikasi langsung terhadap biaya pemupukan. Jika dihitung biaya pemupukan dengan pupuk organik/kompos jauh lebih besar daripada biaya pemupukan dengan pupuk kimia. Belum lagi biaya untuk aplikasi kompos tersebut. Perbandingan biayanya sebagai berikut:

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa pupuk organik/kompos tidak bisa dihitung berdasarkan unsur haranya saja. Kalau Anda tidak percaya Anda bisa melakukan percobaan sederhana untuk membandingkan kedua pupuk ini. Ambil tanah, sebaiknya gunakan tanah-tanah marjinal. Masukkan ke dalam dua polybag yang ukuran dan isinya sama. Satu polybag diberi kompos dengan dosis 0.5 รข€“ 1 kg. Polybag yang lain diberi pupuk kima beberapa sendok. Ya… kira-kira kandungan haranya sebanding. Trus tanam sembarang tanaman, bisa biji cabe, tomat, cay sim, mentimum, atau tanaman-tanaman lainnya. Letakkan di tempat yang sama. Beri perlakuan penyiraman, penyiangan, dan perlakuan lainnya yang sama. Tunggu beberapa lama hingga tanaman tumbuh besar dan menghasilkan. Coba bandingkan, tanaman mana yang lebih bagus hasilnya?

Cara sederhana menguji pupuk kimia, pupuk organik, dan pupuk hayati. (A) kontrol, tanpa pemupukan sama sekali. Tanaman terlihat sangat merana. (B) Diberi pupuk kimia, tanaman tetap merana meskipun tumbuh lebih baik. (C) Diberi kompos/pupuk organik. Hasilnya jauh lebih baik. (D) Diberi pupuk organik/kompos dan biofertilizer. Tumbuhnya paling baik.

Saya hampir yakin 90% kalau tanaman yang diberi kompos akan tumbuh lebih baik daripada tanaman yang diberi pupuk kimia, meskipun kandungan haranya sebanding. Pertanyaannya adalah MENGAPA BISA DEMIKIAN????

Orang sering lupa bahwa selain kandungan hara, pupuk organik juga mengandung senyawa-senyawa organik lain. Meskipun kandungan haranya rendah tetapi kandungan senyawa-senyawa organik di dalam kompos ini memiliki peranan yang lebih penting dari pada peranan hara saja. Misalnya, asam humik dan asam fulvat. Kedua asam ini memiliki peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kompos diketahui dapat meningkatkan nilai KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Artinya tanaman akan lebih mudah menyerap unsur hara. Tanah yang diberi kompos juga menjadi lebih gembur dan aerasi tanah menjadi lebih baik. Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan tidak mudah kering. Jika diamati lebih jauh, aktivitas mikroba pada tanah yang diberi kompos akan lebih tinggi daripada tanah yang tidak diberi kompos. Mikroba-mikroba ini memiliki peranan dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Singkat cerita, kompos dapat memperbaiki sifat kimia, sifat fisik, dan sifat biologi tanah.

Lalu bagaimana menghitung kebutuhan pupuk organik/kompos?

Sampai saat ini saya belum menemukan rumus, baik dari pengalaman saya sendiri atau dari literatur orang lain, untuk menghitung kebutuhan pupuk organik/kompos ini. Kandungan pupuk organik sangat beragam. Karakteristiknya pun bermacam-macam. Sama-sama pupuk kandang, pupuk kandang di P Jawa bisa saja sangat berbeda dengan pupuk kandang di P Sulawesi. Belum lagi hubungannya dengan jenis tanah, iklim, kondisi lingkungan, cara budidaya dan komoditas tanaman yang berbeda-beda. Umumnya dosis pupuk organik/kompos ditentukan secara empirik. Ini adalah hasil penelitian dan ujicoba. Mungkin juga pengalaman lapang petani selama bertahun-tahun.

Contoh pupuk organik berbentuk granul yang ada dipasaran.

Dalam kondisi tertentu, pupuk organik/kompos dapat diberikan tanpa menambahkan pupuk kimia sama sekali. Cara ini dipraktekkan dalam budidaya pertanian organik. Yang lebih sering dilakukan adalah mengkombinasikan antara pupuk organik dengan pupuk kimia. Sebagian kebutuhan hara tanaman disubstitusi antara pupuk kimia dan pupuk organik. Caranya dengan menghitung berapa kombinasi yang paling ekonomis, baik dilihat dari sisi biaya maupun hasilnya. Patokan yang sering dipakai adalah 50% dosis pupuk kimia diganti dengan sejumlah pupuk organik. Dosisnya bisa 1 - 2 kg atau bahkan hingga 30 kg/pokok.

Untuk mendapatkan dosis yang paling tepat dilakukan dengan ujicoba di rumah kaca dan di lapang dalam skala yang cukup luas.

Pupuk Hayati


Contoh biofertilizer import dalam bentuk cair.


Link terkait: Penjelasan tambahan tentang mikroba untuk memperkaya kompos


Nama keren pupuk hayati adalah biofertilizer. Ada yang juga menyebutnya pupuk bio. Apapun namanya pupuk hayati bisa diartikan sebagai pupuk yang hidup. Sebenarnya nama pupuk kurang cocok, karena pupuk hayati tidak mengandung hara. Pupuk hayati tidak mengandung N, P, dan K. Kandungan pupuk hayati adalah mikrooganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang malarutkan hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman.

Kelompok mikroba penambat N sudah dikenal dan digunakan sejak lama. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada juga yang bebas (tidak bersimbiosis). Contoh mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman antara lain adalah Rhizobium sp Sedangkan contoh mikroba penambat N yang tidak bersimbiosis adalah Azosprillium sp dan Azotobacter sp.

Mikroba pelarut P dilaporkan oleh orang Rusia bernama Pikovskaya pada tahun 1948 yaitu Bacillus megatherium var. phosphaticum, dan mulai digunakan sebagai inokulum pertanian sejak tahun 1950-an Beberapa mikroba yang diketahui dapat melarutkan P dari sumber-sumber yang sukar larut ditemukan baik dari kelompok kapang/fungi seperti Penicillium sp dan Aspergillus sp, atau dari kelompok bakteri seperti Bacillus sp dan Pseudomonas sp.

Read More......

Senin, 18 Agustus 2008

Mengikuti Pelatihan SRI (Sytem Rice Intensification)

Mengikuti Pelatihan SRI di wisma Caringin Jati Nangor - Sumedang

Fokal menimba Ilmu untuk dapat di aplikasikan kepada masyarakat sekitar GCA, terutama bagi mereka yang tertarik mengaplikasikan 3R di rumahnya, dan memberikan pengetahuan tambahan kepada para petani di wilayah tersebut. Namun kami menyadari untuk dapat menumbuhkan girah yang cukup dibutuhkan contoh aktual berupa aplikasi langsung dari ilmu yang di dapat dari pelatihan tersebut. Tidak muluk-muluk kami mencoba menanam padi dan sayur-mayur semuanya organik -tanpa zat kimia sedikitpun. Bahkan kami menggunakan media campuran kompos adalah tanah yang sudah sangat mati, bercampur puing-puing dan banyak bebatuan, maklum perumahan Griya cempaka Arum tadinya adalah sawah produktif kemudian di urug dengan berbagai macam tetimbunan.

Benih padi kami dapatkan dari Pak Agung, seorang petani yang cukup berhasil menerapkan SRI dan pertanian organik di wilayah Sapan kurang lebih 10 km dari GCA. Benih sintanur pemberian pak agung di semai dengan media kompos tanpa genangan air, yang seharusnya macak-macak (ada genangan sedikit), maklum karena pada waktu proses penyemaian kami belum mengikuti pelatihan SRI. Pelatihan ini baru kami ikuti pada tanggal 4 sampai 8 agustus yang lalu. Pot yang digunakan juga di lubangi semua yang seharusnya tidak perlu dilubangi - sehingga tidak perlu disiram setiap hari, cukup 3 hari 1 kali siram - 1 kaleng susu ketal manis, sekitar 250 ml. Irit air bukan? Setelah 1 bulan padi kami hanya beranak 13 anakan, kata Pak Mubiar Purwasasmita dari DPLKTS seharusnya sekitar 16 - 20 anakan. Tapi kata tutor di pelatiahan SRI tidak apa-apa nanti juga jadi banyak, benar saja selang 3 hari totalnya jadi 33 anakan. Hebat ya...

Salah seorang sahabat kami mengatakan : "Beginilah Allah SWT. membalas sebuah kebaikan, dari 1 benih padi bisa menjadi puluhan bahkan ratusan dan masing-masing pohon (maley) bisa mencapai 100 buah biji padi." Dan memang metode SRI ini adalah metode yang natural, mengikuti siklus alam sehingga ramah lingkungan dan sehat tentunya. Bagaimana tidak tanah sawah yang keras, hanya bisa diolah jika dalam keadaan basah (banyak air), jika kering wow..luar biasa kerasnya - telapak kaki seperti menginjak batu, sakit - ngebeling kata petani. Kalau sudah seperti itu bagaimana akan baik tumbuhan yang tumbuh di permukaannya, sudah pasti jawabnya adalah tumbuhan tidak sehat, sehingga ia butuh banyak air. Karena air membawa mikro organisme yang dikonsumsi oleh tumbuhan - jika kurang air bagaimana jadinya, tumbuhan akan mengering dan mati.

Sebenarnya tumbuhan tidak butuh banyak air, hanya cukup saja, tidak seperti sawah yang kita tahu sampai menggenang 20 cm, makin banyak air yang di butuhkan oleh tumbuhan yang hidup di permukaan tanah (bukan tumbuhan air) adalah indikator tanah sudah tidak subur atau sakit.

ANALOGI TANAH

Tanah adalah media hidup, kata Pak Atma Agus Hermawan (tutor SRI), tanah itu seperti piring tempat kita makan dan nasi dan lauk pauk yang manusia makan adalah mikro organisme bagi tumbuhan. Jika tanah sakit atau rusak bagaimana bisa menampung mikro organisme untuk hidup dan berkembang. Sama saja dengan piring makan kita, jika piringnya rusak atau pecah bagaimana bisa menampung makanan? Bagaimana tumbuhan akan makan kalau tempat makannya rusak? Oleh karena itu kunci dari menanam tumbuhan adalah tanah atau medianya harus sehat dan baik sehingga makanan berupa mikro organisme akan hidup dan berkembang biak - semakin sehat tanah semakin memicu organisme hidup di tanah, itu artinya semakin banyak makanan atau nutrisi untuk tumbuh-tumbuhan. Kalau makanan di piring makan kita habis bisa tambah lagi dengan makanan yang baru, bagaimana halnya dengan tanah? Tanah juga harus di tambah makanan/nutrisinya dengan pupuk. Petani Indonesia umumnya menggunakan pupuk kimia, seperti urea, kcl, dan banyak nama lainya. Pupuk kimia memang bereaksi amat cepat terhadap tumbuhan, karena namanya juga bahan kimia - ia dibuat dengan rangkaian unsur yang memang langsung dibutuhkan oleh tumbuhan, puupuk kimia seperti tablet atau sirup vitamin bagi manusia (suplement). Pertanyaanya bagamana jika kita hanya memakan suplement tanpa makanan pokok yang sempurna dan sehat?

TANAH MEMBUTUHKAN BAHAN ORGANIK (BO)

Bahan organik atau sebut saja BO dibutuhkan tanah karena di dalam BO terdapat organisme dan BO adalah makanan bagi organisme yang lainnya, makin bervariasi BO nya makin banyak organisme lain yang datang bahkan menetap. sirkulasi yang demikian menjadikan tanah subur, cirinya adalah tanah tidak lagi padat/gembur dan warnanya tidak pucat, sehingga tanah mudah diolah, bahkan tanah mampu menahan air lebih lama, sekalipun permukaan tanah tampak kering sesungguhnya ia banyak mengandung air dan air adalah sumber kehidupan, kalau sumber kehidupan selalu ada maka sudah pasti banyak yang datang untuk menetap. Jika tanah banyak organismenya maka sudah pasti tumbuhan akan mudah mendapatkan makan sebagai nutrisi untuk tumbuh, berkembang dan berbuah.

Read More......