Senin, 09/06/2008 - 17:56
BEKASI,(PRLM).-Departemen Pertanian (Deptan) memesan 10.000 ton kompos yang diolah dari sampah-sampah organik di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Kota Bekasi. Kompos itu berupa granule dan serbuk.
"Pemesanan itu berlangsung hingga empat bulan ke depan atau sampai Oktober," ujar Direktur PT Godang Tuajaya, Roni Sitorus, di tempat pembuatan kompos TPA Bantar Gebang, Senin (9/6).
Kompos itu nantinya akan dipergunakan untuk pemupukan tanaman hortikultura, persawahan, dan tambak udang. Roni menjual kompos granule seharga Rp 1.250 per kilogram, sedangkan kompos serbuk Rp 750 per kilogram.
Setiap harinya, ia mampu memproduksi 35-40 ton kompos dari 5.000-5.500 ton yang dikirim oleh DKI Jakarta.(A-153/A-50)***
Read More......
Minggu, 24 Oktober 2010
Jangan Musuhi Sampah!
Rabu, 24 Juni 2009 | 18:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com – Setiap harinya warga Jakarta menyumbangakan 6.000 ton sampah. Dengan jumlah sebanyak itu, tentu saja banyak masalah yang dapat ditimbulkan. Meski begitu, sebaiknya sampah jangan dimusuhi. Jadikanlah sahabat.Demikian yang dikatakan Tresnowati Gito, ketua Masyarakat Peduli Sampah, di Jakarta, Rabu ( 24/6 ).
Untuk menciptakan perasaan tersebut, yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa kepedulian dan memiliki terhadap Jakarta. “Selama ini banyak masyarakat yang merasa hanya numpang tinggal di Jakarta, kalau rasa memiliki itu sudah ada mereka dengan sendirinya membuang sampah pada tempatnya,” ujar Tresnowati.
Ia menyadari untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tidaklah mudah, terlebih lagi pada kalangan kelas atas. “Kalau masyarakat menengah bawah lebih mudah, ketika mereka diberikan pengetahuan tentang manfaat mendaur ulang sampah mereka pasti langsung antusias. Kalau kelas atas lebih sulit karena mereka tidak mengetahui history dari sampah,” ujar dia.
.................
Namun, impian menumbuhkan kesadaran masyarakat bukanlah hal yang mustahil beberapa tahun yang lalu David Coorperider, juga memimpikan Chicago bersih dari sampah. Dan setelah kesabaran bertahun-tahun impian tersebut terwujud. “Butuh bantuan dari berbagai pihak, pemerintah, NGO dan media juga harus membantu,” ujarnya.
Peran keluarga juga tidak kalah pentingnya, orang tua seharusnya mengajarkan dan menyontohkan membuang sampah pada tempatnya. “Semua tingkah laku anak berasal dari keluarga, kalau dari kecil sudah ditanamkan pentingnya membuat sampah pada tempatnya,” papar dia.
Sementara itu, Sri Bebassari, anggota Masyarakat peduli sampah pada tempat yang sama menambahkan tempat sampah harus dalam keadaan bersih. “Cuci tempat sampah seperti mencuci piring, sediakan dua tempat sampah untuk sampah kering dan sampah basah. Pilih juga tempat sampah yang menarik” kata dia.
Di negara maju, lanjut dia, sampah telah dikelola dengan baik karena negara tersebut telah memilki UU tentang pengelolaan sampah dalam waktu yang lama. “UU pengelolaan sampah di Jepang telah mencapai umur 30 tahun, sekarang sudah banyak turunannya. Di Indonesia UU tersebut baru satu tahun dan belum tersosialisasi dengan baik,” papar dia.
Namun kita jangan berkecil hati, kata dia, karena dengan adanya UU no. 18 tahun 2008 tersebut, masalah pengelolaan sampah sedilit demi sedikit akan teratasi. “Sekarang Bantar Gebang bukan hanya tempat pembuangan sampah, tapi telah menjadi tempat pengelolaan sampah. Yang terpenting adalah, jadikan sampahku tanggung jawabku,” pungkasnya.
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/06/24/18543914/jangan.musuhi.sampah Read More......
JAKARTA, KOMPAS.com – Setiap harinya warga Jakarta menyumbangakan 6.000 ton sampah. Dengan jumlah sebanyak itu, tentu saja banyak masalah yang dapat ditimbulkan. Meski begitu, sebaiknya sampah jangan dimusuhi. Jadikanlah sahabat.Demikian yang dikatakan Tresnowati Gito, ketua Masyarakat Peduli Sampah, di Jakarta, Rabu ( 24/6 ).
Untuk menciptakan perasaan tersebut, yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa kepedulian dan memiliki terhadap Jakarta. “Selama ini banyak masyarakat yang merasa hanya numpang tinggal di Jakarta, kalau rasa memiliki itu sudah ada mereka dengan sendirinya membuang sampah pada tempatnya,” ujar Tresnowati.
Ia menyadari untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tidaklah mudah, terlebih lagi pada kalangan kelas atas. “Kalau masyarakat menengah bawah lebih mudah, ketika mereka diberikan pengetahuan tentang manfaat mendaur ulang sampah mereka pasti langsung antusias. Kalau kelas atas lebih sulit karena mereka tidak mengetahui history dari sampah,” ujar dia.
.................
Namun, impian menumbuhkan kesadaran masyarakat bukanlah hal yang mustahil beberapa tahun yang lalu David Coorperider, juga memimpikan Chicago bersih dari sampah. Dan setelah kesabaran bertahun-tahun impian tersebut terwujud. “Butuh bantuan dari berbagai pihak, pemerintah, NGO dan media juga harus membantu,” ujarnya.
Peran keluarga juga tidak kalah pentingnya, orang tua seharusnya mengajarkan dan menyontohkan membuang sampah pada tempatnya. “Semua tingkah laku anak berasal dari keluarga, kalau dari kecil sudah ditanamkan pentingnya membuat sampah pada tempatnya,” papar dia.
Sementara itu, Sri Bebassari, anggota Masyarakat peduli sampah pada tempat yang sama menambahkan tempat sampah harus dalam keadaan bersih. “Cuci tempat sampah seperti mencuci piring, sediakan dua tempat sampah untuk sampah kering dan sampah basah. Pilih juga tempat sampah yang menarik” kata dia.
Di negara maju, lanjut dia, sampah telah dikelola dengan baik karena negara tersebut telah memilki UU tentang pengelolaan sampah dalam waktu yang lama. “UU pengelolaan sampah di Jepang telah mencapai umur 30 tahun, sekarang sudah banyak turunannya. Di Indonesia UU tersebut baru satu tahun dan belum tersosialisasi dengan baik,” papar dia.
Namun kita jangan berkecil hati, kata dia, karena dengan adanya UU no. 18 tahun 2008 tersebut, masalah pengelolaan sampah sedilit demi sedikit akan teratasi. “Sekarang Bantar Gebang bukan hanya tempat pembuangan sampah, tapi telah menjadi tempat pengelolaan sampah. Yang terpenting adalah, jadikan sampahku tanggung jawabku,” pungkasnya.
http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/06/24/18543914/jangan.musuhi.sampah Read More......
Minggu, 17 Oktober 2010
Minggu, 26 September 2010
Beras yang Baik
Jenis beras
Pada umumnya jenis beras di bedakan melalui beberapa hal, diantaranya :
1. Bentuknya,
2. Warnanya,
3. Aromanya,
4. Kepekatan,
5. tekhnik menanam (organic & konvensional).
Varietas Padi & tekhnik yang menentukan semua perbedaan tersebut dan masing-masing varietas memiliki karakteristik yang khas.
Melalui bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi 2 bentuk, yaitu : panjang dan bulat. Melalui warna dapat diklasifikasikan lagi antara : putih, merah, dan hitam (akhir-akhir ini ada merah putih). Aroma ada yang biasa (tidak beraroma) dan wangi pandan terkenal dengan sebutan pandan wangi. Rasa : pulen dan tidak pulen (pera/bear). Kemudian juga terdapat perbedaan secara keseluruhan melalui proses pengelolaan dan metode pemberian nutrisi, yaitu : organic dan konvensional.
.................
Semua penjelasan di atas berdasarkan kepada fakta di lapangan dan melalui pengujian oleh dinas pertanian (BALITPA SUKAMANDI 2003-2004,Informasi lebih lanjut kunjungi:http://balitpa.litbang.deptan.go.id;htpp://www.puslittan.bogor.net;www.litbang.deptan.go.id;www.knowledgebank.irri.org
Kerjasama: Badan Litbang Pertanian - IRRI). Adapun penamaan dagang (bukan merk) bisa secara bebas ditetentukan mengingat tidak ada patern mengenai penamaan dagang. Meskipun begitu ternyata penamaan dagang dianggap oleh konsumen sebagai jenis beras (varietas), sehingga ada beberapa nama yang menjadi patern di kalangan konsumen beras yang seakan-akan nama tersebut adalah varietas padi/beras.
Beras yang baik.
Beras yang baik dapat dilihat secara kasat mata dari bentuk aslinya, yaitu :
1. putih gading (kekuningan),
2. tekhnik pengupasan kulit dan penggosokkan (slyp),
3. Tingkat kekeringan.
Ada beberapa hal yang sering kita jumpai mengenai warna beras, diantaranya :
1. berwarna putih kapur, ini adalah ciri utama dari padi muda dimana beras mudah pecah dan bubuk.
2. Berwarna bening seperti plastic; ada 2 hal yang menyebabkan beras berwarna bening : pertama, beras diberi pemutih dan ke dua, beras di slyp dengan tekhik tertentu yang dampaknya beras menjadi ramping tanpa pinggang dikarenakan proses slyp yang berulang-ulang.
Pewarnaan pada beras sangat buruk bagi kesehatan karena kandungan kimia berbaya dalam zat pewarna, sekalipun tidak menggunakan pewarna tetapi melalui proses slyp yang berulang-ulang kali menyebabkan kandungan gizi beras berkurang seiring dengan terbuangnya kulit ari bahkan lapisan-lapisan lainnya.
Selain pewarnaan dan proses yang berlebihan beras juga seringkali di berikan zat aroma (biasanya aroma pandan). Tidak ubahnya dengan pewarnaan beras hal ini sangat buruk bagi kesehatan bahkan merugikan.
Broken atau pecah
Padi yang dikupas kulitnya saja cenderung berwarna, ada kekuningan, merah dan hitam. proses ini menggunkan mesin pengupas kulit (PK). Pengupasan kulit yang baik sekurang-kurang nya hingga 95% kulit terkupas, sehingga pada proses selanjutnya tidak perlu dilakukan proses slyp yang berlebihan. Proses slyp yang berlebihan dapat menyebabkan beras menjadi pecah, meskipun pecahnya beras bisa disebabkan oleh padi yang muda.
Beras organic
Beras organic adalah yang menggunakan metode penanaman tanpa kimia syntetik - sama sekali, yang hasilnya hampir sama sekali tanpa residu yang merupakan dampak dari kimia synthetic.
Semoga bermanfaat
THE BEAS
Read More......
Pada umumnya jenis beras di bedakan melalui beberapa hal, diantaranya :
1. Bentuknya,
2. Warnanya,
3. Aromanya,
4. Kepekatan,
5. tekhnik menanam (organic & konvensional).
Varietas Padi & tekhnik yang menentukan semua perbedaan tersebut dan masing-masing varietas memiliki karakteristik yang khas.
Melalui bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi 2 bentuk, yaitu : panjang dan bulat. Melalui warna dapat diklasifikasikan lagi antara : putih, merah, dan hitam (akhir-akhir ini ada merah putih). Aroma ada yang biasa (tidak beraroma) dan wangi pandan terkenal dengan sebutan pandan wangi. Rasa : pulen dan tidak pulen (pera/bear). Kemudian juga terdapat perbedaan secara keseluruhan melalui proses pengelolaan dan metode pemberian nutrisi, yaitu : organic dan konvensional.
.................
Semua penjelasan di atas berdasarkan kepada fakta di lapangan dan melalui pengujian oleh dinas pertanian (BALITPA SUKAMANDI 2003-2004,Informasi lebih lanjut kunjungi:http://balitpa.litbang.deptan.go.id;htpp://www.puslittan.bogor.net;www.litbang.deptan.go.id;www.knowledgebank.irri.org
Kerjasama: Badan Litbang Pertanian - IRRI). Adapun penamaan dagang (bukan merk) bisa secara bebas ditetentukan mengingat tidak ada patern mengenai penamaan dagang. Meskipun begitu ternyata penamaan dagang dianggap oleh konsumen sebagai jenis beras (varietas), sehingga ada beberapa nama yang menjadi patern di kalangan konsumen beras yang seakan-akan nama tersebut adalah varietas padi/beras.
Beras yang baik.
Beras yang baik dapat dilihat secara kasat mata dari bentuk aslinya, yaitu :
1. putih gading (kekuningan),
2. tekhnik pengupasan kulit dan penggosokkan (slyp),
3. Tingkat kekeringan.
Ada beberapa hal yang sering kita jumpai mengenai warna beras, diantaranya :
1. berwarna putih kapur, ini adalah ciri utama dari padi muda dimana beras mudah pecah dan bubuk.
2. Berwarna bening seperti plastic; ada 2 hal yang menyebabkan beras berwarna bening : pertama, beras diberi pemutih dan ke dua, beras di slyp dengan tekhik tertentu yang dampaknya beras menjadi ramping tanpa pinggang dikarenakan proses slyp yang berulang-ulang.
Pewarnaan pada beras sangat buruk bagi kesehatan karena kandungan kimia berbaya dalam zat pewarna, sekalipun tidak menggunakan pewarna tetapi melalui proses slyp yang berulang-ulang kali menyebabkan kandungan gizi beras berkurang seiring dengan terbuangnya kulit ari bahkan lapisan-lapisan lainnya.
Selain pewarnaan dan proses yang berlebihan beras juga seringkali di berikan zat aroma (biasanya aroma pandan). Tidak ubahnya dengan pewarnaan beras hal ini sangat buruk bagi kesehatan bahkan merugikan.
Broken atau pecah
Padi yang dikupas kulitnya saja cenderung berwarna, ada kekuningan, merah dan hitam. proses ini menggunkan mesin pengupas kulit (PK). Pengupasan kulit yang baik sekurang-kurang nya hingga 95% kulit terkupas, sehingga pada proses selanjutnya tidak perlu dilakukan proses slyp yang berlebihan. Proses slyp yang berlebihan dapat menyebabkan beras menjadi pecah, meskipun pecahnya beras bisa disebabkan oleh padi yang muda.
Beras organic
Beras organic adalah yang menggunakan metode penanaman tanpa kimia syntetik - sama sekali, yang hasilnya hampir sama sekali tanpa residu yang merupakan dampak dari kimia synthetic.
Semoga bermanfaat
THE BEAS
Read More......
Senin, 19 Juli 2010
Minggu, 09 Mei 2010
Membuat Lubang Biopori Tidak Sulit
Pengunjung melihat berbagai informasi mengenai pentingnya air bersih serta tata cara menjaganya saat bMembuat Lubang Biopori Tidak Sulit erlangsungnya Green Festival 2009 di Parkir Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (5/12). Festival yang digelar yang kedua kalinya ini ingin membangunkan kesadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya lingkungan di tengah isu perubahan iklim yang semakin terlihat dampaknya. Festival berlangsung hingga Minggu (6/12). .................
JAKARTA, KOMPAS.com - Menurut data BPLHD Jakarta, Lubang Resapan Biopori (LRB) mampu meningkatkan daya resap air ke dalam tanah serta meningkatkan peran fauna tanah dan akar tanaman sehingga efektif mengatasi masalah banjir. Selain itu, LRB juga berperan dalam mengubah sampah organik menjadi kompos dan mengurangi emisi rumah kaca. Demikian informasi yang tertera di papan biru zona air Green Festival yang digelar di Parkir Timur Senayan Jakarta, Minggu (6/12).
Oleh karena itu, setiap rumah sebaiknya memiliki lubang biopori. Idealnya, rumah seluas 100 meter persegi memiliki 28 lubang biopori. Ada beberapa langkah untuk membuat lubang biopori. Pertama, buat lubang berdiameter 10 cm dengan kedalaman 30-100 cm dengan menggunakan bor. Beri jarak 0,5-1 m antar lubang. Sedangkan untuk area di bawah pohon, cukup dibuat tiga lubang per pohon dengan formasi seperti segitiga sama sisi.
Kedua, lakukan pengerasan bibir lubang untuk mencegah erosi tanah masuk ke lubang dan mempertahankan kerapihan mulut lubang. Ketiga, buatlah pengaman lubang dengan besi atau kawat agar tidak ada yang terperosok ke lubang.
Keempat, isi lubang dengan sampah organik seperti sampah dapur, sampah dedaunan, dan sampah taman lainnya. Jangan memasukkan sampah anorganik seperti plastik, baterai, dan styrofoam ke dalam lubang.
Dengan adanya lubang biopori, kandungan air tanah bisa terjaga karena air tidak langsung terbuang ke saluran pembuangan, namun meresap kembali dalam tanah. Air yang meresap ini mengurangi kemungkinan terjadinya banjir akibat meluapnya saluran pembuangan.
Zona air Green Festival memaparkan informasi penting terkait air seperti tips menghemat air, misalnya dengan menggunakan shower saat mandi, informasi mengenai sumur resapan dan pendayagunaan ulang air. Zona air merupakan salah satu zona di Green Festival yang digelar Green Initiative Forum di Parkir Timur Senayan Jakarta, 5-6 Desember. Green Festival adalah kampanye lingkungan tahunan yang bertujuan menyadarkan masyarakat akan isu pemanasan global. Read More......
Kamis, 15 April 2010
PEMBIBITAN CENGEK SEBAGAI HILIR PENGELOLAAN SAMPAH
14 februari 2010.
Beberapa bulan blog tidak di update karena banyak faktor, salah satunya sulit memilih bahan untuk artikel dan untuk ide sendiri fokal sedang berupaya meningkatkan kapasitas dan mobilitas menuju hilir pengelolaan sampah yang selama ini diabaikan pemerintah.
Ada 2 hilir pengelolaan sampah yang sedang dilakoni fokal, yaitu pemrosesan plastik dan pembibitan. Dengan berbekal mesin bantuan dari Distarkim Prov. Jabar berbagai plastic pun di giling dan dijual ke pabrik . Proses selanjutnya , yaitu : pellet plastic /butir butir plastik sayangnya proses ini cukup mahal biayannya sampai-sampai ada beberapa jenis plastik yang rugi jika di proses.
.................
Hilir yang kedua adalah pembibitan cengek (cabe rawit) merah& cabe (tanjung &TW). Percobaan 2 pot cukup menghasilkan terutama cengek 1 pohon menghasilkan lebih dari 20 buah cengek. Medianya kompos dengan plastik sisa refill minyak goreng kemasan untuk 2 liter, karena tidak kalah menarik cabe tanjung 1 pot dari karung buahnya 8 buah.
Awalnya kompos kami banyak mengandung biji-biji cabe dan cengek, karena proses yang tidak sempurna biji-biji ini tumbuh mencapai ribuan. Munculah inisiatif untuk membibitkan. Dengan modal plastic untuk 3 kg di isi kompos. Semai yang liar kami pindahkan sambil membenihkan yang baru. Untuk langkah awal 100 polybag cengek dan cabe sudah terlaksana, kemudian kami targetkan 300 polybag. Kalau 1 pot bisa 20 buah X 300 polybag ada 6000 cengek. Siapa mau beli bibit cengek fokal hayo??
Read More......
Beberapa bulan blog tidak di update karena banyak faktor, salah satunya sulit memilih bahan untuk artikel dan untuk ide sendiri fokal sedang berupaya meningkatkan kapasitas dan mobilitas menuju hilir pengelolaan sampah yang selama ini diabaikan pemerintah.
Ada 2 hilir pengelolaan sampah yang sedang dilakoni fokal, yaitu pemrosesan plastik dan pembibitan. Dengan berbekal mesin bantuan dari Distarkim Prov. Jabar berbagai plastic pun di giling dan dijual ke pabrik . Proses selanjutnya , yaitu : pellet plastic /butir butir plastik sayangnya proses ini cukup mahal biayannya sampai-sampai ada beberapa jenis plastik yang rugi jika di proses.
.................
Hilir yang kedua adalah pembibitan cengek (cabe rawit) merah& cabe (tanjung &TW). Percobaan 2 pot cukup menghasilkan terutama cengek 1 pohon menghasilkan lebih dari 20 buah cengek. Medianya kompos dengan plastik sisa refill minyak goreng kemasan untuk 2 liter, karena tidak kalah menarik cabe tanjung 1 pot dari karung buahnya 8 buah.
Awalnya kompos kami banyak mengandung biji-biji cabe dan cengek, karena proses yang tidak sempurna biji-biji ini tumbuh mencapai ribuan. Munculah inisiatif untuk membibitkan. Dengan modal plastic untuk 3 kg di isi kompos. Semai yang liar kami pindahkan sambil membenihkan yang baru. Untuk langkah awal 100 polybag cengek dan cabe sudah terlaksana, kemudian kami targetkan 300 polybag. Kalau 1 pot bisa 20 buah X 300 polybag ada 6000 cengek. Siapa mau beli bibit cengek fokal hayo??
Read More......
Minggu, 31 Januari 2010
Senin, 18 Januari 2010
Proses 3R Atasi Masalah Sampah
Kamis, 12 November 2009 , 09:56:00 dari www.pikiran rakyat.com
BANDUNG, (PRLM).- PD Kebersihan targetkan 150 RW di Kota Bandung melaksanakan proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada 2010 mendatang. Dengan target 10 persen dari total sampah yang ada di Kota Bandung telah dikekola melalui 3R. Diharapkan, hal tersebut akan sejalan dengan penurunan jumlah volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Hal tersebut diungkapkan Direktur PD Kebersihan Cece Iskandar, dalam kegiatan Pelatihan Program Bank Sampah dalam sosialisasi 3R, Kamis (12/11). Target tersebut sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung..................
Cece mengungkapkan dengan jumlah penduduk Kota Bandung yang diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa, timbulan sampah di sumber sampah Kota Bandung adalah 7.500 m3 perhari. Jumlah itu setara dengan 2.000 ton. Sementara, jumlah sampah yang terangkut adalah 4.050 m3 atau 1.000 ton.
Merujuk pada kondisi tersebut, Cece mengatakan perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan melaksanakan 3R.
Ia menambahkan, dengan melakukan 3R tidak hanya akan mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA. Tetapi juga memiliki aspek ekonomi yang dapat menghasilkan. "Sampah yang sudah dipilah akan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal itu akan memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat dan para pelaku daur ulang sampah," ujarnya.
Hal itu, lanjut Cece, telah ia rasakan langsung. Ia mengaku setiap bulannya mampu memilah sedikitnya satu karung sampah anorganik. Sampah tersebut dapat dijual dengan harga Rp 20.000. "Sampah itu bisa menghasilkan juga. Kalaupun tidak, kita bisa secara tidak langsung bersedekah dengan memberikan sampah tersebut ke pemulung, karena mereka dapat menjual sampah itu," ucapnya.
Read More......
BANDUNG, (PRLM).- PD Kebersihan targetkan 150 RW di Kota Bandung melaksanakan proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) pada 2010 mendatang. Dengan target 10 persen dari total sampah yang ada di Kota Bandung telah dikekola melalui 3R. Diharapkan, hal tersebut akan sejalan dengan penurunan jumlah volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Hal tersebut diungkapkan Direktur PD Kebersihan Cece Iskandar, dalam kegiatan Pelatihan Program Bank Sampah dalam sosialisasi 3R, Kamis (12/11). Target tersebut sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung..................
Cece mengungkapkan dengan jumlah penduduk Kota Bandung yang diperkirakan mencapai 2,5 juta jiwa, timbulan sampah di sumber sampah Kota Bandung adalah 7.500 m3 perhari. Jumlah itu setara dengan 2.000 ton. Sementara, jumlah sampah yang terangkut adalah 4.050 m3 atau 1.000 ton.
Merujuk pada kondisi tersebut, Cece mengatakan perlu dilakukan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan melaksanakan 3R.
Ia menambahkan, dengan melakukan 3R tidak hanya akan mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA. Tetapi juga memiliki aspek ekonomi yang dapat menghasilkan. "Sampah yang sudah dipilah akan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal itu akan memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat dan para pelaku daur ulang sampah," ujarnya.
Hal itu, lanjut Cece, telah ia rasakan langsung. Ia mengaku setiap bulannya mampu memilah sedikitnya satu karung sampah anorganik. Sampah tersebut dapat dijual dengan harga Rp 20.000. "Sampah itu bisa menghasilkan juga. Kalaupun tidak, kita bisa secara tidak langsung bersedekah dengan memberikan sampah tersebut ke pemulung, karena mereka dapat menjual sampah itu," ucapnya.
Read More......
Minggu, 17 Januari 2010
Membangun Kota (Sungai) Ramah Air
Selasa, 13 Januari 2009 | 11:16 WIB dari www.kompas.com
Oleh: Nirwono Joga*
Banyak asa yang disandarkan sehubungan dengan rencana Kompas melaksanakan Ekspedisi Ciliwung, 16-22 Januari 2009 (Kompas, 8-9 Januari). Semua tahu, Sungai Ciliwung identik dengan kota Jakarta, seperti halnya kita mengingat Baghdad dengan Sungai Tigris-nya, Kairo-Sungai Nil, London-Sungai Thames, Paris-Sungai Rheine, dan Melbourne-Sungai Yarra. (Bandung apa kabarmu??.pen)
Indonesia merupakan negeri air dengan kebijakan tentang air termasuk yang terburuk di dunia. Dari total 472 kota dan kabupaten, hampir 300 kota dan kabupaten dibangun dekat sumber air, baik berupa danau, daerah aliran sungai, maupun tepi pantai. Namun, sudah lama pula sebenarnya kebijakan perencanaan kota kita dan pola budaya hidup warga menganiaya sungai dan mengingkari fitrah air..................
Kebijakan tata kota kita tidak menghargai kesinambungan hidup air. Danau (situ), sungai, dan tepi pantai menjadi halaman belakang yang kotor dan tempat membuang limbah, sampah, dan hajat. Jakarta pun dijuluki kota jamban terpanjang di dunia.
Badan sungai menyempit dipenuhi bangunan (tak berizin) dan mendangkal akibat penggundulan hutan di hulu, erosi, dan sedimentasi. Situ-situ (tempat menampung kelebihan air hujan dan air sungai) justru diuruk atas nama kebutuhan lahan permukiman, tempat usaha, atau tempat buang sampah!
Air berubah menjadi sumber malapetaka. Sungai (dan saluran air) penuh sampah, berwarna hitam pekat, menebar aroma tak sedap, dan sumber penyakit lingkungan (kolera, diare, gatal-gatal, dan demam berdarah). Air sungai sudah lama tak layak minum. Puncak kemurkaan air saat air pasang di tepi pantai (rob) dan pada musim hujan air sungai meluber membanjiri kota.
Lanskap kota tak akan bertahan tanpa air yang lestari. Sejarah mencatat, kota-kota besar dunia, beradab, dan masyhur adalah kota-kota yang dibangun dekat sumber air.
Tengok kota pesisir Sydney, Los Angeles, Miami, Barcelona, kota kanal Venice, Amsterdam, dan kota sungai London, Paris, Melbourne, Manhattan. Air ditempatkan (kembali) pada tempat yang sangat mulia dan bermartabat sebagai berkah sumber kehidupan warga dan kota. Bagaimana Jakarta dengan Sungai Ciliwung dan kedua belas sungai yang mengalirinya?
Jakarta terus mengalami kekurangan air bersih sepanjang tahun. Debit air sungai dan situ menurun dan tak lama lagi mengering. Air limbah rumah tangga dan air hujan melimpah ruah terbuang percuma begitu saja melewati saluran air langsung ke sungai dan laut. Air tidak sempat ditampung dahulu ke daerah resapan air karena taman, situ, rawa-rawa, dan hutan mangrove terus menyusut diuruk untuk pembangunan kota yang tak berkelanjutan.
Fenomena pemanasan global dan degradasi kualitas lingkungan memaksa Jakarta harus membangun kota (sungai) ramah air untuk menghidupkan kembali air dalam tata kotanya. Ini sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No 7/2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, UU No 26/2007 tentang Penataan Ruang, dan Permendagri No 1/2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan.
Ada lima kriteria, yakni kemudahan akses publik terhadap air, partisipasi masyarakat dalam membangun budaya ramah air, penataan muka dan badan air secara berkelanjutan, pengelolaan air, dan limbah ramah lingkungan.
Kota memberikan kemudahan akses untuk memperoleh air bersih layak minum. Di tempat-tempat publik di terminal, stasiun, dan taman disediakan keran air minum gratis. Saluran air terhubung secara hierarkis (kecil ke besar sesuai kapasitas), tidak terputus, terawat baik bebas sampah, bersih, dan lancar. Partisipasi masyarakat membersihkan saluran air di depan rumah harus terus digiatkan.
Sumur resapan air diperbanyak dan situ-situ direvitalisasi untuk memperbanyak serapan air ke dalam tanah dan mengurangi air yang dibuang ke sungai (ekodrainase). Pencemaran air sungai dikurangi dengan pembuatan instalasi pengolahan air limbah menjadi air daur ulang untuk mandi, mencuci, dan menyiram.
Jakarta sebagai kota sungai, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus merefungsi bantaran sungai bebas dari sampah dan permukiman, menghijaukan kembali bantaran, serta menjadikan halaman muka bangunan dan wajah kota. Meski memakan waktu dan daya tahan lama, upaya revitalisasi bantaran kali harus diikuti sosialisasi yang mendorong warga untuk berpartisipasi pindah secara sukarela bergeser (bukan tergusur) ke kawasan terpadu yang komprehensif.
Pemerintah daerah, pengembang besar, dan perancang kota bersama membangun kawasan terpadu yang terencana matang dan layak huni. Kawasan dilengkapi fasilitas hunian vertikal sistem marger sari, perpaduan berimbang 1:3:6 (1 hotel, 3 apartemen, 6 rusunami), pendidikan (sekolah, kursus, pelatihan), ibadah, perkantoran, dan pasar, serta dekat jalur transportasi publik. Penghuni cukup berjalan kaki atau bersepeda ke tempat tujuan dalam kawasan, serta mengandalkan transportasi publik ke luar kawasan.
Jika tidak, warga yang tergusur pasti akan berpindah menghuni ruang hijau kota lainnya (bantaran sungai, rel kereta api, bawah jalur tegangan tinggi, kolong jalan layang, dan tepian situ) di lain lokasi yang memang banyak tidak terawat. Begitu seterusnya.
Setelah itu, bantaran sungai (dan juga bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, kolong jalan layang) dapat dikembangkan sebagai taman penghubung antar-ruang kota (urban park connector). Warga dapat berjalan kaki atau bersepeda menyusuri sungai menuju ke berbagai tempat tujuan harian (kantor, sekolah, pasar) dengan aman, nyaman, dan bebas kemacetan sambil menikmati keindahan lanskap tepi sungai. Pengoperasionalan perahu air sebagai alat transportasi air kota (waterway) dan taman penghubung (jalur sepeda) akan mendukung pola transportasi makro terpadu Jakarta.
Sebagai daerah terbuka untuk publik yang menarik, warga dapat menggelar acara rekreasi bersama keluarga atau teman di tepi sungai setiap akhir pekan. Komunitas peduli lingkungan membentuk koperasi masyarakat cinta Sungai Ciliwung. Berbagai perhelatan turisme seperti Festival Sungai Ciliwung digelar menjadi kalender tetap pariwisata kota.
Untuk menjaga kebersihan dan mengendalikan pemanfaatan sungai, pemerintah kota harus mengoperasikan patroli perahu kecil pembersih sungai setiap hari untuk mengangkut sampah tepi sungai sekaligus mengawasi pemanfaatan badan sungai oleh masyarakat.
Kelak bantaran Sungai Ciliwung pun bernilai estetis (indah, bersih, tertata rapi), ekologis (meredam banjir, menyuplai air tanah), edukatif (habitat dan jalur migrasi satwa liar), dan ekonomi (wisata air, transportasi ramah lingkungan).
Perubahan perspektif ini semoga dapat mengubah keseluruhan lanskap hunian kota Jakarta yang berpihak kepada kelestarian air, kota (sungai) ramah air, menuju kejayaan (kembali) peradaban kota tepian air.
*Arsitek Lanskap
Bagaimana dengan Bandung ??????
Read More......
Oleh: Nirwono Joga*
Banyak asa yang disandarkan sehubungan dengan rencana Kompas melaksanakan Ekspedisi Ciliwung, 16-22 Januari 2009 (Kompas, 8-9 Januari). Semua tahu, Sungai Ciliwung identik dengan kota Jakarta, seperti halnya kita mengingat Baghdad dengan Sungai Tigris-nya, Kairo-Sungai Nil, London-Sungai Thames, Paris-Sungai Rheine, dan Melbourne-Sungai Yarra. (Bandung apa kabarmu??.pen)
Indonesia merupakan negeri air dengan kebijakan tentang air termasuk yang terburuk di dunia. Dari total 472 kota dan kabupaten, hampir 300 kota dan kabupaten dibangun dekat sumber air, baik berupa danau, daerah aliran sungai, maupun tepi pantai. Namun, sudah lama pula sebenarnya kebijakan perencanaan kota kita dan pola budaya hidup warga menganiaya sungai dan mengingkari fitrah air..................
Kebijakan tata kota kita tidak menghargai kesinambungan hidup air. Danau (situ), sungai, dan tepi pantai menjadi halaman belakang yang kotor dan tempat membuang limbah, sampah, dan hajat. Jakarta pun dijuluki kota jamban terpanjang di dunia.
Badan sungai menyempit dipenuhi bangunan (tak berizin) dan mendangkal akibat penggundulan hutan di hulu, erosi, dan sedimentasi. Situ-situ (tempat menampung kelebihan air hujan dan air sungai) justru diuruk atas nama kebutuhan lahan permukiman, tempat usaha, atau tempat buang sampah!
Air berubah menjadi sumber malapetaka. Sungai (dan saluran air) penuh sampah, berwarna hitam pekat, menebar aroma tak sedap, dan sumber penyakit lingkungan (kolera, diare, gatal-gatal, dan demam berdarah). Air sungai sudah lama tak layak minum. Puncak kemurkaan air saat air pasang di tepi pantai (rob) dan pada musim hujan air sungai meluber membanjiri kota.
Lanskap kota tak akan bertahan tanpa air yang lestari. Sejarah mencatat, kota-kota besar dunia, beradab, dan masyhur adalah kota-kota yang dibangun dekat sumber air.
Tengok kota pesisir Sydney, Los Angeles, Miami, Barcelona, kota kanal Venice, Amsterdam, dan kota sungai London, Paris, Melbourne, Manhattan. Air ditempatkan (kembali) pada tempat yang sangat mulia dan bermartabat sebagai berkah sumber kehidupan warga dan kota. Bagaimana Jakarta dengan Sungai Ciliwung dan kedua belas sungai yang mengalirinya?
Jakarta terus mengalami kekurangan air bersih sepanjang tahun. Debit air sungai dan situ menurun dan tak lama lagi mengering. Air limbah rumah tangga dan air hujan melimpah ruah terbuang percuma begitu saja melewati saluran air langsung ke sungai dan laut. Air tidak sempat ditampung dahulu ke daerah resapan air karena taman, situ, rawa-rawa, dan hutan mangrove terus menyusut diuruk untuk pembangunan kota yang tak berkelanjutan.
Fenomena pemanasan global dan degradasi kualitas lingkungan memaksa Jakarta harus membangun kota (sungai) ramah air untuk menghidupkan kembali air dalam tata kotanya. Ini sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No 7/2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, UU No 26/2007 tentang Penataan Ruang, dan Permendagri No 1/2007 tentang Penataan RTH Kawasan Perkotaan.
Ada lima kriteria, yakni kemudahan akses publik terhadap air, partisipasi masyarakat dalam membangun budaya ramah air, penataan muka dan badan air secara berkelanjutan, pengelolaan air, dan limbah ramah lingkungan.
Kota memberikan kemudahan akses untuk memperoleh air bersih layak minum. Di tempat-tempat publik di terminal, stasiun, dan taman disediakan keran air minum gratis. Saluran air terhubung secara hierarkis (kecil ke besar sesuai kapasitas), tidak terputus, terawat baik bebas sampah, bersih, dan lancar. Partisipasi masyarakat membersihkan saluran air di depan rumah harus terus digiatkan.
Sumur resapan air diperbanyak dan situ-situ direvitalisasi untuk memperbanyak serapan air ke dalam tanah dan mengurangi air yang dibuang ke sungai (ekodrainase). Pencemaran air sungai dikurangi dengan pembuatan instalasi pengolahan air limbah menjadi air daur ulang untuk mandi, mencuci, dan menyiram.
Jakarta sebagai kota sungai, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus merefungsi bantaran sungai bebas dari sampah dan permukiman, menghijaukan kembali bantaran, serta menjadikan halaman muka bangunan dan wajah kota. Meski memakan waktu dan daya tahan lama, upaya revitalisasi bantaran kali harus diikuti sosialisasi yang mendorong warga untuk berpartisipasi pindah secara sukarela bergeser (bukan tergusur) ke kawasan terpadu yang komprehensif.
Pemerintah daerah, pengembang besar, dan perancang kota bersama membangun kawasan terpadu yang terencana matang dan layak huni. Kawasan dilengkapi fasilitas hunian vertikal sistem marger sari, perpaduan berimbang 1:3:6 (1 hotel, 3 apartemen, 6 rusunami), pendidikan (sekolah, kursus, pelatihan), ibadah, perkantoran, dan pasar, serta dekat jalur transportasi publik. Penghuni cukup berjalan kaki atau bersepeda ke tempat tujuan dalam kawasan, serta mengandalkan transportasi publik ke luar kawasan.
Jika tidak, warga yang tergusur pasti akan berpindah menghuni ruang hijau kota lainnya (bantaran sungai, rel kereta api, bawah jalur tegangan tinggi, kolong jalan layang, dan tepian situ) di lain lokasi yang memang banyak tidak terawat. Begitu seterusnya.
Setelah itu, bantaran sungai (dan juga bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, kolong jalan layang) dapat dikembangkan sebagai taman penghubung antar-ruang kota (urban park connector). Warga dapat berjalan kaki atau bersepeda menyusuri sungai menuju ke berbagai tempat tujuan harian (kantor, sekolah, pasar) dengan aman, nyaman, dan bebas kemacetan sambil menikmati keindahan lanskap tepi sungai. Pengoperasionalan perahu air sebagai alat transportasi air kota (waterway) dan taman penghubung (jalur sepeda) akan mendukung pola transportasi makro terpadu Jakarta.
Sebagai daerah terbuka untuk publik yang menarik, warga dapat menggelar acara rekreasi bersama keluarga atau teman di tepi sungai setiap akhir pekan. Komunitas peduli lingkungan membentuk koperasi masyarakat cinta Sungai Ciliwung. Berbagai perhelatan turisme seperti Festival Sungai Ciliwung digelar menjadi kalender tetap pariwisata kota.
Untuk menjaga kebersihan dan mengendalikan pemanfaatan sungai, pemerintah kota harus mengoperasikan patroli perahu kecil pembersih sungai setiap hari untuk mengangkut sampah tepi sungai sekaligus mengawasi pemanfaatan badan sungai oleh masyarakat.
Kelak bantaran Sungai Ciliwung pun bernilai estetis (indah, bersih, tertata rapi), ekologis (meredam banjir, menyuplai air tanah), edukatif (habitat dan jalur migrasi satwa liar), dan ekonomi (wisata air, transportasi ramah lingkungan).
Perubahan perspektif ini semoga dapat mengubah keseluruhan lanskap hunian kota Jakarta yang berpihak kepada kelestarian air, kota (sungai) ramah air, menuju kejayaan (kembali) peradaban kota tepian air.
*Arsitek Lanskap
Bagaimana dengan Bandung ??????
Read More......
Selasa, 05 Januari 2010
Teknologi Pengolahan Sampah
by Michael Hutagalung on 30/12/07
Link terkait : Teknologi Pengolahan Sampah - Majari Magazine.mht
Pernah mendengan PLTSa? Pembangkit Listrik Tenaga Sampah? Suatu isu yang sedang hangat dibicarakan di Kota Bandung, sebuah kota besar di Indonesa yang beberapa waktu yang lalu pernah heboh karena keberadaan sampah yang merayap bahkan hingga badan jalan-jalan utamanya. Jangankan jalan utama, saat Anda memasuki Bandung menuju flyover Pasupati, Anda pasti akan disambut dengan segunduk besar sampah yang hampir menutupi setengah badan jalan. Itu dulu. Sekarang, Kota Bandung sudah kembali menjadi sedia kala dan solusi PLTSa-lah yang sedang diperdebatkan..................
Tujuan akhir dari sebuah PLTSa ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi. Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. PLTSa yang sedang diperdebatkan untuk dibangun di Bandung menggunakan proses thermal sebagai proses konversinya. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibarak untuk menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.
Proses Konversi Thermal
Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa, dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.
Incinerator. Sebuah ilustrasi bagian-bagian dalam sebuah incinerator.
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas.
Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.
Proses Konversi Biologis
Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik (biogas) atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.
Modern Landfill. Konsep landfill seperti di atas ialah sebuah konsep landfill modern yang di dalamnya terdapat suatu sistem pengolahan produk buangan yang baik.
Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunya permeabilitas yang rendah. Aktifias mikroba dalam landfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane (pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.
Pemilihan Teknologi
Tujuan suatu sitem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah tersebut menjadi bahan yang berguna secara efisien dan ekonomis dengan dampak lingkungan yang minimal. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah diperlukan adanya informasi tentang karakter sampah, karakter teknis teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk pengolahan, implikasi lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan, dan yang pasti: keekonomian.
Kembali ke Bandung. Kira-kira teknologi mana yang tepat sebagai solusi pengolahan sampah menjadi bahan berguna? Apakah PLTSa sudah merupakan teknologi yang tepat??
Referensi: Pengelolaan Limbah Industri – Prof. Tjandra Setiadi Read More......
Link terkait : Teknologi Pengolahan Sampah - Majari Magazine.mht
Pernah mendengan PLTSa? Pembangkit Listrik Tenaga Sampah? Suatu isu yang sedang hangat dibicarakan di Kota Bandung, sebuah kota besar di Indonesa yang beberapa waktu yang lalu pernah heboh karena keberadaan sampah yang merayap bahkan hingga badan jalan-jalan utamanya. Jangankan jalan utama, saat Anda memasuki Bandung menuju flyover Pasupati, Anda pasti akan disambut dengan segunduk besar sampah yang hampir menutupi setengah badan jalan. Itu dulu. Sekarang, Kota Bandung sudah kembali menjadi sedia kala dan solusi PLTSa-lah yang sedang diperdebatkan..................
Tujuan akhir dari sebuah PLTSa ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi. Pada dasarnya ada dua alternatif proses pengolahan sampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. PLTSa yang sedang diperdebatkan untuk dibangun di Bandung menggunakan proses thermal sebagai proses konversinya. Pada kedua proses tersebut, hasil proses dapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibarak untuk menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.
Proses Konversi Thermal
Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa, dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.
Incinerator. Sebuah ilustrasi bagian-bagian dalam sebuah incinerator.
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas.
Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.
Proses Konversi Biologis
Proses konversi biologis dapat dicapai dengan cara digestion secara anaerobik (biogas) atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversi biomassa (sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan slurry. Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.
Modern Landfill. Konsep landfill seperti di atas ialah sebuah konsep landfill modern yang di dalamnya terdapat suatu sistem pengolahan produk buangan yang baik.
Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidak didesain dengan baik, leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunya permeabilitas yang rendah. Aktifias mikroba dalam landfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gas methane (pada proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari sejumlah sumur-sumur dalam pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan dengan pompa vakum sentral. Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.
Pemilihan Teknologi
Tujuan suatu sitem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkonversi sampah tersebut menjadi bahan yang berguna secara efisien dan ekonomis dengan dampak lingkungan yang minimal. Untuk melakukan pemilihan alur konversi sampah diperlukan adanya informasi tentang karakter sampah, karakter teknis teknologi konversi yang ada, karakter pasar dari produk pengolahan, implikasi lingkungan dan sistem, persyaratan lingkungan, dan yang pasti: keekonomian.
Kembali ke Bandung. Kira-kira teknologi mana yang tepat sebagai solusi pengolahan sampah menjadi bahan berguna? Apakah PLTSa sudah merupakan teknologi yang tepat??
Referensi: Pengelolaan Limbah Industri – Prof. Tjandra Setiadi Read More......
Langganan:
Postingan (Atom)