Setelah
memahami bahwa pengurusan sampah adalah FARDHU maka selayaknya setiap muslim
wajib memperlakukan sampah sesuai perintah dan petunjuk Allah dan rasul Nya. Kemudian
hal-hal prinsip dalam Islam yang patut menjadi pondasi dalam bertindak adalah :
Islam memecahkan masalah
dengan pertimbangan semua aspek baik materi, spiritual, manusia
dan moral. Ajaran Islam mengatur segalanya sehingga
sesuai dengan nilai-nilai kebenaran. Oleh karena itu, nilai material tidak
lebih utama ketimbang nilai-nilai lain, dan tidak ada nilai yang diabaikan
sehingga satu nilai mendukung nilai yang lain, nilai-nilai tersebut secara
integral dikoordinasikan.
Beranjak dari
integrasi nilai-nilai materi, spiritual, manusia dan moral tak satupun manusia
yang mampu mengintegrasikan keempat aspek tersebut secara seimbang kecuali
Pencipta, yaitu Allah SWT.
Dan Kami
telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami
tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan
untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula)
makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak
ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.. "[TMQ. Al-Hijr (15):
19-21)
Allah Pencipta segala sesuatu, dalam penciptaan Nya
tersebut telah tertentu ukuran-ukuran berupa khasiat bagi masing-masing ciptaan
Nya. Oleh karena itu memahamkan tentang berbagai ciptaan dan khasiat dari
ciptaan ini adalah hal pertama yang patut terus diteliti dan didalami, contoh :
alam ini bersimbiosis (berhubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya)
dalam istilah sain simbiosis ini terbagi dua : 1.simbiosis mutualis dan
2.simbiosis parasitis. Simbiosis mutualis adalah hubungan antara dua atau lebih
makhluk(hidup/mati) yang saling menguntungkan. Simbiosis parasitis adalah
hubungan antara dua atau lebih makhluk(hidup/mati) dimana salah satu
diantaranya dirugikan(diambil manfaatnya tanpa kebaikan diterimanya).
Dalam kondisi terkini mengenai persampahan simbiose
semua makhluk dengan sampah berbeda-beda, dan khusus untuk manusia simbiose ini
terkesan simbiose parasitisme dimana sampah menjadi parasit bagi manusia, namun
hal lain yang perlu diperhatikan adalah sampah yang parasit kepada manusia
adalah sampah-sampah produksi manusia itu sendiri. Meskipun tidak menafikan ada
sampah-sampah yang muncul diluar pilihan manusia, misalnya : bangkai binatang,
pohon tumbang dan lain-lain.
Manusia adalah pengurus bumi dan mengurusnya tidak
boleh semau manusia karena kecenderungan manusia yang merusak, Islam dalam Al
Qur’an mengindikasikan hal ini.
Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui."(QS.Al Baqaraah (2) ayat 30)
Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari
perbuatan mereka, agar mereka kembali .(QS.Ar Ruum(30) ayat 41).
Dan demikianlah, Kami
telah menurunkan Al Quraan itu sebagai peraturan dalam bahasa Arab . Dan seandainya kamu
mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka
sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap Allah.(QS.Ar Raad(13) ayat 37).
PERSPEKTIF IDEOLOGIS –
PERSPEKTIF IDEALIS
Dalam penanganan
problem persampahan sering kita mendengar tentang perubahan pola hidup
masyarakat, perubahan pandangan terhadap sampah dan perubahan-perubahan
lainnya. Perubahan yang hakiki adalah perubahan yang didasari kepada pemikiran
yang benar tentang
hidup, alam semesta, dan manusia, serta
hubungan ketiganya dengan sesuatu
yang ada sebelum kehidupan dunia dan yang ada sesudahnya - sehingga manusia mampu
bangkit kemudian melakukan perubahan mendasar dan menyeluruh. Kemudian diarahkan
kepada pemikiran yang baru, sebab pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi
terhadap
segala sesuatu, selain itu manusia
selalu mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan ini sesuai dengan persepsinya
terhadap
kehidupan. Untuk itu Islam adalah pilihan untuk melakukan perubahan mendasar,
selain Islam mustahil bisa melakukan perubahan kea rah yang lebih baik.
MEMBINA
SDM (SUMBER DAYA MANUSIA)
Karena perubahan hanya bisa
dilakukan dengan berubahnya persepsi mengenai sesuatu maka pembinaan sumber
daya manusia adalah factor utama yang harus dilakukan selain menyiapkan
infrastruktur dalam melakukan perubahan tersebut. Menyiapkan kader-kader
perubahan harus memperhatikan hal-hal berikut :
1.
Gerakan perubahan ini harus berdasarkan pemikiran yang khusus dengan
batasan yang jelas, sehingga
tidak kabur atau bias.
Dan harus mampu menciptakan pemikiran baru yang jernih dan murni.
2.
Metode untuk menerapkan ide pun harus jernih dan murni sehingga
terhindar dari ketidaksiapan kader-kader dan kesimpangsiuran.
3.
Menyiapkan kader-kader yang sepenuhnya mempunyai kesadaran yang
benar dan mempunyai niat yang benar. Tidak semata-mata berbekal keinginan dan
semangat belaka.
4.
Mengikat kader-kader dengan ikatan yang kuat dan benar, tidak
sekedar struktur organisasi dengan tugas-tugas dan slogan-slogan.
Mencapai keempat hal di atas memang tidak mudah bahkan
membutuhkan waktu yang bisa jadi sangat panjang, oleh karena itu memulai lebih
awal akan menentukan keberhasilan arah gerakan.
MEMBUAT INFRASTRUKTUR
SEDERHANA
Infrastruktur adalah hal berikutnya yang wajib
dilengkapi sebagai sarana melatih kader-kader sehingga terbiasa dalam aplikasi,
bahkan akan memicu suatu tekhnik-tekhnik baru yang bisa jadi selama ini
terlewatkan atau bahkan sama sekali tidak terpikirkan.
Infrastruktur ini harus sederhana untuk menghindari factor-faktor
alam dan kemanusiaan yang sangat mungkin terjadi, sekaligus mempermudah proses
karena kesederhanaan itu sendiri.
ALAM ADALAH INFRASTRUKTUR
Tekhnologi canggih memang dibutuhkan bahkan kelak
menjadi salah satu syarat untuk berkembangnya metode penanganan agar bisa lebih
mudah dan massif. Namun jangan lupakan infrastruktur yang ada, yaitu alam. Berpikir
praktis sering dilekatkan dengan berpikir cepat dan mudah tanpa kedalaman
berpikir itu sendiri. Melakukan pendalaman dalam berpikir praktis menjadi
jembatan lain untuk menyelesaikan persoalan persampahan.
Tanah adalah infrastruktur, pohon dan binatang adalah
infrastrukur, jangan lupakan infrastruktur alam yang sangat mungkin menjadi
salah satu jalan penyelesaian disamping jalan-jalan lain yang kemudian
dipikirkan dan diaplikasikan, seperti mesin dan tekhnologi.
Jika hulu dari sampah adalah makhluk, yaitu manusia,
binatang, tumbuhan dan benda mati lainnya maka hilir dari pengelolaan sampah
adalah makhluk juga, yaitu manusia, binatang, tumbuhan dan benda mati lainnya
dengan bentuk yang sudah direkayasa. Contoh kecilnya adalah “manusia
membutuhkan makan dan minum untuk hidup – manusia memakan tumbuhan dan binatang
bahkan benda mati – hewan memakan manusia(mayit), hewan lain dan tumbuhan
bahkan benda mati – tumbuhan memakan manusia(mayit), hewan(serangga), tumbuhan
lain dan benda mati, benda mati melengkapi seluruh proses simbiose.
Yang paling mudah dan kasat mata adalah mengolah
sampah untuk kebutuhan tanah, binatang/ternak dan tumbuhan/pupuk. Ini paling
kasat mata dan sangat mungkin dilakukan, beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa nutrisi dari sampah organic mampu memberikan asupan yang cukup untuk ternak.
Hutan secara alami memberikan makanan berupa kebutuhan-kebutuhan bagi
penghuninya – tinggal bagaimana cara kita membuat hutan/kebun kecil
dilingkungan kita.
KESIMPULAN
Manusia adalah khalifah di muka bumi selayaknya mampu
berinovasi, bahkan alam telah memecahkan problemnya sendiri hanya manusia
sebagai khalifah tidak mampu menerima pesan dari alam dan makhluk lainnya. Maka
sangat aneh jika persoalan-persoalan yang baru-baru ini muncul tidak mampu
diselesaikan manusia, jawaban dari semua ini telah di isyarakan (syari’atkan)
dalam Islam.
Dan bila dikatakan kepada
mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi ". Mereka
menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."(QS.Al
Baqaraah (2) ayat 11)
Apakah kita termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan (fasad) tapi mengatakan bahwa kita telah melakukan perbaikan? Jangan
lupa kecenderungan manusia yang merusak jika tidak mengikuti aturan-aturan
Allah, jika bukan Islam maka sudah pasti kerusakan yang akan terjadi.
Dan Kami telah turunkan
kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya,
yaitu kitab-kitab dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu , Kami berikan aturan dan jalan yang
terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat ,
tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka
berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan
itu, dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari
sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling ,
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah
kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS.AL Maidah(5) ayat 48-49)
Wallahu ‘alam bissawab