Maklumat
Apabila berat rata-rata Gajah Asia adalah 5.821 kg, maka total
berat sampah yang dihasilkan oleh wilayah Metropolitan Bandung Raya hampir sama
dengan 1.000 ekor gajah setiap harinya. Kalimat tersebut adalah sebuah bentuk
penganalogian yang tidak berlebihan . Den gan menggunakan data jumlah
penduduk tahun 2012 dari masing-masing kabupaten/kota dikalikan dengan angka asumsi
produksi sampah adalah 3 liter/orang/hari (berdasar studi LIPPI tahun 1994) dan
berat jenis sampah sama dengan 0.25 ton/m3 maka dapat diketahui bahwa produksi
sampah di Wilayah Metropolitan Bandung Raya adalah sebesar 5.821 ton per hari.
Total berat tersebut hampir sama dengan berat 1000 ekor Gajah Asia yang
ratarata memiliki berat 5.821 kg per ekor. Agar lebih jelas perhitungannya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Kabupaten/Kota
|
Jumlah Penduduk
|
Jumlah Timbulan Sampah (per hari)
|
|||
(jiwa)
|
M3
|
Ton
|
|||
Kab. Bandung
|
3.235.615
|
9.707
|
2.427
|
||
Kab. Bandung Barat
|
1.537.402
|
4.612
|
1.153
|
||
Kota Bandung
|
2.437.874
|
7.314
|
1.828
|
||
Kota Cimahi
|
550.894
|
1.653
|
413
|
||
Bandung Raya
|
7.761.785
|
23.286
|
5.821
|
||
Tabel 1. Timbulan Sampah di Kawasan Metropolitan
Bandung Raya
|
Sumber: Hasil Perhitungan dengan menggunakan
asumsi produksi sampah = 3 liter/orang/hari; berat jenis sampah = 0.25ton/m3 (EVALUASI KINERJA PELAYANAN PERSAMPAHAN DI WILAYAH METROPOLITAN
BANDUNG RAYA - PERFORMANCE EVALUATION OF WASTE MANAGEMENT IN THE GREATER
BANDUNG METROPOLITAN AREA- Krismiyati Tasrin, Shafiera Amalia, Pusat
Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Lembaga Administrasi Negara - Jl.
Kiarapayung Km. 4,7, Jatinangor, Sumedang, Email: chrissie_tasrin@yahoo.com, shafiera_amalia@yahoo.com)
Berdasarkan
buku statistic persampahan yang diterbitkan oleh Kementrian Negara Lingkungan
Hidup Tahun 2008, estimasi, Kota Metropolitan/Besar (26 kota) menghasilkan 14,1
juta ton sampah (total penduduk 40,1 juta). Berikut klasifikasinya :
Jenis Sampah
|
Jumlah (juta ton/tahun)
|
Persentase (%)
|
Sampah Dapur
|
22,4
|
58%
|
Sampah Plastik
|
5,4
|
14%
|
Sampah Kertas
|
3,6
|
9%
|
Sampah Lainnya
|
2,3
|
6%
|
Sampah Kayu
|
1,4
|
4%
|
Sampah Kaca
|
0,7
|
2%
|
Sampah Karet/Kulit
|
0,7
|
2%
|
Sampah Kain
|
0,7
|
2%
|
Sampah Metal
|
0,7
|
2%
|
Sampah Pasir
|
0,5
|
1%
|
TOTAL
|
38,4
|
100%
|
Tabel 2. Estimasi Total Timbulan Sampah Berdasarkan Jenisnya
Berikut gambaran grafiknya :
Gambar 1. Grafik Klasifikasi Sampah Berdasarkan Jenisnya
Assababiyah
Sampah
Kaidah sababiyah/hukum sebab-akibat atau disebut As-Sababiyyah
(Kaidah Kausalitas) adalah : upaya untuk mengaitkan sebab dengan akibatnya dan
merupakan landasan dalam menjalankan berbagai aktivitas (qa’idah ‘amaliyyah)
dan meraih berbagai tujuan.
As-Sababiyyah adalah upaya untuk mengaitkan sebab-sebab fisik
dengan akibat-akibatnya yang juga bersifat fisik dalam rangka mencapai target
dan tujuan tertentu. Upaya tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui
seluruh sebab yang mampu mengantarkan pada tercapainya tujuan serta
mengaitkannya dengan seluruh akibat secara benar.
Sebab-sebab
Timbulnya Sampah
Pernahkan terpikirkan untuk merunut dari mana sampah
berasal dan sejak kapan keberadaan sampah tersebut ada (eksis). Sampah muncul
karena merupakan dampak dari aktivitas kehidupan makhluk (baik hidup maupun
mati serta diam atau bergerak). Dapat disimpulkan sampah secara umum timbul
dikarenakan ia (sampah) adalah konsekuensi hidup, karena tidak hanya manusia
saja yang menghasilkan sampah, tumbuhan dan hewan juga memproduksi sampah,
bahkan benda mati seperti gunung dan bebatuan juga menghasilkan sampah.
Sampah itu sendiri memiliki karakteristik yang
bermacam-macam sesuai asal sampah tersebut (zat), kemudian mengiringinya sampah
juga memiliki sifat-sifat alami yang terbentuk setelah zatnya kemudian berganti
nama menjadi sampah atau ada kata sampah mengikutinya dimana sebelumnya tidak.
Contoh : sampah dapur adalah segala sesuatu sampah yang terkait dengan
aktivitas dapur. Nama asalnya adalah berbagai sumber makanan yang merupakan
kebutuhan manusia. Demikian halnya dengan sampah-sampah lainnya, sampah plastic
asalnya untuk membungkus atau membawa bahan makanan, bisa juga bukan kebutuhan
primer tapi kebutuhan sekunder dan seterusnya.
Definisi
Sampah
Definisi dipengaruhi oleh tiga hal, sebagai berikut :
- Fakta Sampah, adalah kondisi actual sampah hari ini.
- Informasi Sebelumnya Mengenai Fakta, adalah segala sesuatu yang ada sebelum fakta itu sendiri ada.
- Definisi, dengan mengkombinasikan fakta dan informasi sebelumnya.
Gambar
2.
Identifikasi Fakta
Jika fakta hari ini sampah menjadi masalah, coba kita
gali fakta masalah sampah, dengan 3 pertanyaan sederhana :
- DARI MANA SAMPAH?
- UNTUK APA SAMPAH?
- MAU DIAPAKAN SAMPAH?
Jawabannya adalah :
- Dari Mana Sampah? Sampah berasal dari makhluk baik hidup maupun mati, baik diam maupun bergerak.
- Untuk Apa Sampah? Hari ini sampah berpotensi untuk digunakan ulang atau didaur ulang, meskipun masih ada sampah-sampah yang tidak bisa diguna ulang atau didaur ulang tetapi jumlahnya sedikit. Agar seluruh sampah bisa dijadikan potensi dibutuhkan penelitian dan teknologi.
- Mau Diapakan Sampah? Karena sampah memiliki potensi maka seharusnya sampah-sampah tersebut diperlakukan sesuai dengan potensinya.
Oleh
karena itu Definisi sampah adalah segala sesuatu yang menyertai kebutuhan
manusia dan sudah tidak bernilai lagi atau memiliki nilai yang rendah
dikarenakan proses penggunaan material asalnya. Jadi sampah tidak bisa
dihindari kemunculannya karena ia (sampah) datang seiring kebutuhan manusia. Bahkan
setiap makhluk hidup ketika sudah tidak bernyawa (mati) memiliki karakter dan
sifat yang menyerupai sampah. maka sampah adalah sebuah sunnatullah / kausalitas
kehidupan ; dimana sampah memiliki sifat-sifat alami (qadar) yang wajib (fardhu
kifayah) untuk diselesaikan. Karena sampah memiliki sifat-sifat alami yang
tetap maka dalam penyelesaiannya akan semakin mudah jika memahami sifat-sifat
dasarnya dan bagaimana alam mencernanya.
Karena ia (sampah) timbul seiring dengan kebutuhan manusia atau
kebutuhan makhluk lainnya dimana kebutuhan tersebut adalah Qadar (ketetapan)
Allah maka sampah adalah bagian dari Qadar (ketetapan) dari Allah juga. Dimana
kemunculannya tidak dikuasai oleh manusia. Contoh : manusia memakan buah
pisang, dapat dipastikan tidak dengan kulitnya, sedangkan buah pisang ada
berserta kulitnya. Maka kulit pisang tersebut menjadi sampah karena proses
pemenuhan kebutuhan dan sudah tidak memiliki nilai atau berkurang nilainya.
Sebagaimana penjelasan di atas maka penanganan sampah bukan
dengan menguranginya, karena dengan mengurangi sampah maka berkurang juga
pemenuhan kebutuhan hidup, dimana jika kebutuhan hidup ini dikurangi manusia
atau makhluk hidup lainnya akan sakit bahkan mati. Namun demikian bukan berarti
melepaskan kebutuhan hidup dengan semau-mau nya tanpa takaran. Dalam pembahasan
ini tidak mengkhususkan tentang hidup berlebih-lebihan agar pembahasan menjadi focus.
Kebutuhan hidup bukan untuk dibatasi, tetapi diatur (manage) dengan aturan yang
benar. Oleh karena itu pembatasan atau pengurangan sampah lebih tepatnya adalah
pengaturan atau management sampah, karena sampah muncul disebabkan kebutuhan
hidup yang memang perlu diatur/manage.
Terkait dengan karakteristik dan sifat sampah yang muncul
dikarenakan kebutuhan hidup maka solusi utamanya adalah dengan memperhatikan
alam bagaimana ia (alam) mencernanya (sampah tersebut), utamanya untuk sampah
dari jenis yang mudah terdegradasi/membusuk, dimana sampah dapur menempati
posisi tertinggi yaitu 58%. Berdasarkan angka ini maka mencari solusi pengentasan
sampah dapur adalah jalan utama solusi persampahan, meskipun bukan jalan
satu-satunya. Dengan kata lain jika sampah dapur dapat diselesaikan maka
permasalahan sudah selesai 58%.
Masih mengenai karakteristik sampah, khususnya sampah dapur
memiliki karakteristik mudah membusuk dan menimbulkan bau serta lalat yang
menjadi vector penyakit. Maka solusi utamanya adalah mempercepat prosesnya
sehingga tidak sempat membusuk dan jangan membiarkan sampah dapur tidak
terkelola melebihi waktu tertentu dimana dampak negatifnya akan muncul.
Untuk melakukan pengelolaan yang cepat membutuhkan energy dan
biaya yang tidak sedikit dimana waktu menjadi factor terbesar dalam menentukan
biaya. Untuk menanggulangi biaya ini seharusnya pemerintah telah menghitung dan
menganggarkan sejumlah dana untuk menyelesaikan persoalan ini secara tuntas,
atau setidaknya pemerintah memimpin dalam management persampahan dan tekhnologi
persampahan sehingga pilihan tekhnologi yang tepat sesegera mungkin dapat
diralisasikan. Dalam management atau pengaturan dan tekhnologi memang
membutuhkan investasi yang besar, seharusnya setiap pemimpin menyadari itu
sehingga mempersiapkan anggaran yang cukup untuk hal ini. Namun tidak berarti dengan
anggaran atau biaya yang kecil management dan tekhnologi tidak bisa
direalisasikan, ini hanya persoalan ruang lingkup management dan tekhnologi
tersebut, dengan anggaran dan biaya yang kecil maka ruang lingkupnya juga
dikecilkan, sehingga tidak over capacity. Jika ternyata management dan
tekhnologi tersebut berhasil dalam menangani persoalan sampah di ruang
lingkupnya, membesarkan bukan menjadi persoalan lagi dan jika gagal biayanya
tidak besar. Selain penyesuaian kapasitas dengan ruang lingkup maka hal
berikutnya yang akan sangat berpengaruh terhadap proses adalah value atau nilai
dari output proses tersebut. Menjadikan output dari pengelolaan bernilai akan
sangat membantu dalam operasional terutama pembiayaan.
Yang tersebut di atas adalah sebab-akibat atau assabiyah sampah
dapur yang menduduki rangking pertama dari total timbulan sampah. Bagaimana
dengan jenis-jenis sampah lainnya tidak akan terlalu jauh dalam konsepnya.
Sehingga solusi penanganan sampah dari sisi sebab
–akibat/assababiyah/sunnatullah/kausalitas adalah tiga poin utama, yaitu :
- Management/pengaturan berserta aturan persampahan;
- Pilihan tekhnologi dengan melakukan piloting dengan skala yang terukur;
- Menjadikan value/nilai dari sampah yang nilainya sudah hilang atau berkurang.
Konsep
Persampahan
Pentingnya sebuah konsep adalah untuk menjawab beberapa
pertanyaan, yaitu : Apa? Kenapa? Dan Bagaimana? (what, why and how), sehingga konsep
ini mampu divisiualisasikan dengan jelas. Mengenai apa dan kenapa, tentunya
penjelasan sebelumnya di atas bisa menjadi dasar untuk mendalami persoalan ini,
kemudian adalah bagaimana menyelesaikannya? Hal ini terkait dengan output yang
diinginkan.
Dalam kesempatan ini dan telah diuraikan mengenai sampah
dapur yang memiliki sifat cepat membusuk maka membutuhkan penanganan yang
cepat, tekhnologi yang berkembang mengenai penanganan sampah organic terkait
dengan karakter dan sifatnya yang cepat membusuk adalah dikarenakan kandungan
air yang besar, yaitu 50% hingga 90%. Dengan demikian menghilangkan atau
mengurangi kandungan air dalam sampah organic bisa memperlambat proses
pembusukkan sekaligus memperkecil volumenya. Dalam beberapa riset yang
dilakukan pengurangan kadar air dengan tekhnologi thermal (dehidrasi) terhitung
cukup mahal namun dengan output yang dihasilkan belum jelas apakah biaya
pengeringan dengan tekhnologi termal (biaya tinggi) akan tertutup dengan
outputnya berupa tepung bahan organic dan efisiensi waktu serta jarak
transport. Tekhnologi adalah sesuatu yang terus berkembang jika satu tekhnologi
belum cukup, memadukan tekhnologi thermal dengan tekhnologi mekanik berupa
dewatering press untuk mengurangi kadar air adalah alternative berikutnya.
Dalam berbagai riset, proses dewatering ini mampu memisahkan padatan dan cairan
dengan komposisi 30% padatan dan 50% cairan (20% hilang). Artinya jika proses
thermal dibutuhkan maka hanya 30% saja yang membutuhkan dehidreasi untuk
pengeringan.
Dengan penjelasan tersebut dapat dipastikan biaya akan jauh lebih
murah karena proses mekanik dewatering press adalah tekhnologi yang murah
operasionalnya (kemampuan press mampu hingga puluhan ton/jam)
Berikut ini adalah beberapa penelitian yang terkait
dengan tepung sampah organik :
·
Effect of Feeding Food Waste – Broiler Litter
And Bakery By Product Mixture To Pigs, WS. Kwak, JS. Kang 2005.
·
Effect Of Adding A Dried Food Waste Product
To The Diets Of Finishing Pigs On Growth, Feed Intake And Nutrient
Digestibility, HL. Acuff, MS(student), LA.Pattey (Prof) – California State
Polytechnic University, Pomona CA.
·
Sampah Potensi Pakan Ternak Yang Melimpah,
Dwi Lestari Ningrum, SPt.
·
Pengaruh Pengolahan Limbah Sayuran Secara
Mekanis Terhadap Kecernaan Dan Efisiensi Penggunaan Protein Pada Ayam Kampung
Super, Denny Rusmana, SPt., MSi., Abun, Ir., MP., Deny Saefulhadjar, SPt., MSi.
(LP-UNPAD 2007)
·
Evaluasi Nilai Gizi Limbah Sayuran Produk
Cara Pengolahan Berbeda Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila, Ika
Susangka, Ir., MS., Kiki Haetami, SPt., MP, Yuli Andriani, SPt., MP.
(Fak-Kelautan Dan Ilmu Perikanan UNPAD-2006)
·
Studi Daur Ulang Limbah Sisa Makanan Kantin
Pujasera POLBAN Sebagai Alternatif Campuran Ransum Pakan Ayam Pedaging, Slamet
Sutjipto, Waluyo Musiono Bintoro-200)
·
Pemanfaatan Limbah Restoran Untuk Ransum Ayam
Buras, Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian – Instalasi Penelitian Dan
Pnegkajian Teknologi Pertanian Jakarta – 2000)
·
Kajian Kimia Tepung Fermentasi Dari Bahan
Baku Sampah Buah Dan Sayur Pasar Sebagai Alternatif Pakan Ternak, D. Adang Arif
Wibawa, Edy Prasetya, Dwi Utari (Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi
– Surakarta).
·
Limbah sayuran : kal 2058kkal/kg, protein 20,52, ch 66,87%, lemak
8,25, serat 14,14, ca 1,7 (Muhammad Ardhi elmeidian – 2010)
·
Limbah
buah-buahan : Energi 68,85kkal/kg, Protein 10% , Karbo-hidrat 85%, Lemak 0% , Serat 25% , Vit A- 30675(ui),
Vit-C720mg, Vit K-105 (µg) (Muhammad Ardhi elmeidian – 2010)
Potensi “Value / Nilai” Sampah OrganikMelihat pada Gambar 1 dan table 1 bahwasanya prosentase
sampah dapur sebesar 58% maka potensi sampah dapur Kota Bandung adalah sebesar
870 ton/hari. Potensi sampah dapur yang demikian besar sesungguhnya bernilai
sangat besar dimana terdapat potensi nutrisi untuk pakan ternak di dalamnya.
Sebagaimana umumnya sampah organic dapur jika tidak segera diolah akan
berdampak negative berupa bau busuk, lalat sampai penyakit. Maka pengelolaan
yang tepat adalah terkait kecepatan pengolahan dan nilai output setelah diolah.
Kecepatan pengolahan akan sangat bergantung kepada proses
mekanisasi mesin, karena sampah organic memiliki kandungan air yang sangat
tinggi. Demikian hal nya dengan biaya operasional, dengan proses mekanisasi
volume dan berat sampah organic akan jauh berkurang dengan kemampuan belasan
meter kubik per jamnya.
Setelah melalui proses mekanisasi sehingga kandungan
airnya jauh berkurang, barulah dilakukan proses pengeringan agar bahan sampah
organic yang telah berubah menjadi pakan ternak mampu bertahan dalam waktu yang
lama. Dalam proses pengeringan ini output sampah akhirnya hanya 10% saja dari
bobot asalnya. Dapat dibayangkan 870 ton menjadi 87 ton saja dalam hitungan
jam.
Bisa jadi prosesnya membutuhkan biaya yang tidak murah,
namun nilai sampah organic kering ini juga cukup tinggi. Cepat dalam proses
(hitungan jam saja), bernilai jual tinggi, pasar dari pakan ternak sangat
terbuka lebar, disekitar bandung raya saja membutuhkan pakan unggas 1500
ton/hari, tidak termasuk ikan dan ternak lainnya (www.bandungkab.go.id).
Dengan menjadikan sampah dapur sebagai bahan komuditas
sangat terbuka lebar peluang wira usaha baru, sekaligus menciptakan lapangan
pekerjaan baru, yakni pembuatan pakan ternak berbahan sampah organic dapur.
Dapat disimpulkan beberpa keunggulan dengan melakukan
kegiatan ini adalah, sebagai berikut :
- Pemberdayaan masayarakat, dengan menampung bahan sampah organic dapurnya.
- Menciptakan wira usaha baru, dengan menjadikan plasma-plasma pengolahan di tiap-tiap wilayah dengan produk setengah jadi.
- Inovasi bisnis, dimana bisnis ini tidak akan pernah kehabisan bahan baku, karena bahan bakunya adalah sampah yang diproduksi oleh masyarakat.
- Membantu peternak dan petani dalam memenuhi kebutuhan pakan ternaknya.
- Dengan terciptanya inovasi ini maka lapangan kerja akan terbuka lebar.