Selasa, 10 November 2009

Seluk beluk Kompos

Prinsip-prinsip Membuat Kompos Yang Baik

1. Rasio karbon / nitrogen
Campuran dari daun kering, serbuk ger¬gaji, atau bahan karbon lain digabung dengan kotoran
hewan, tanaman hijau, atau pupuk untuk nitrogen (approximately 4:1 by volume).

2. Perbanyak mikroorgansme
Membuat MOL atau mikro organism local, atau dari tanah kebun yang subur atau kompos.

3. Tingkat kelembapan
Kelembaban dapat ditakar dengan cara memeras bahan kompos terasa basah tetapi tidak
meneteskan air. Jika terlalu kering tambahkan air atau cairan mol bila perlu.

4. Tingkat oksigen
Tumpukan kompos sebaiknya dibalik den¬gan teratur agar dapat hancur lebih cepat (3 hari).
Membalik tumpukannya menambahkan oksigen sehingga lebih sering kamu mem¬baliknya,
semakin cepat ia hancur.

5. Ukuran Partikel
Ukuran bahan kompos sebaiknya antara 2cm2 sampai dengan maksimal 5cm2, semakin halus
ukuran partikelnya, semakin luas daerah yang ada bagi mikroorganisme untuk bekerja. Tapi
jika cacahan seperti bubur malah memperlambat proses karena kurang meratanya udara,
karena itu jika ada bahan sisa makanan yang sangat halus dalam volume besar perlu diratakan
dan dicampur dengan bahan unsure karbon. Mencacah daun-daun dan bahan yang besar
mempercepat proses kompos..................

Masalah kompos, penyebab dan solusinya

1.Tumpukan kompos lembab dan hangat hanya di tengah tumpukannya.
Penyebab :
Tumpukan kompos terlalu kecil, atau cuaca dingin telah memperlambat proses kompos, Solusi : Jika mengompos dengan cara me¬numpuk, pastikan tumpukan 1 meter tingginya dan 1 meter lebarnya. Dengan box method sistem dan segitiga udara, tumpukan tidak harus besar.

2.Tumpukan kompos tidak menghangat sama sekali.
Penyebab :
•Tidak cukup bahan nitrogen, solusi : Pastikan bahan sumber nitrogen (hijauan, nasi
basi, kotoran hewan, atau sisa-sisa makanan).
•Tidak cukup oksigen yang masuk ke kompos, solusi : Aduk tumpukannya hingga udara
merata menyentuh bahan, ingat komposter aerob membutuhkan udara yang cukup.
•Tidak cukup lembab dalam tumpukan kompos, solusi : Campur aduk tumpukannya dan
siram dengan air sehingga tumpukannya lembab - tumpukan yang sangat kering tidak
akan mengkompos. Kelembaban dikatakan cukup dengan cara meremas bahan kompos terasa
basah tapi tidak menetes air.
•Kompos siap dipanen

3.Daun-daun lengket / rumput tidak terurai.
Penyebab
a)Tidak cukup udara, dan/atau kurang lembab, solusi :
Hindari lapisan tebal suatu jenis bahan saja, sebaiknya dilakukan pencacahan,
beraneka bahan organic dengan perbandingan carbon dan nitrogen (C/N) yang cukup.
Untuk mudahnya karbon diwakili oleh bahan-bahan organic berwarna coklat dan
nitrogen diwakili dengan yang berwarna cerah (hijau, merah, kuning dsb.).
Perbandingannya supaya mudah 50:50 volume.
b)Campur lapisan-lapisan tersebut dan aduk tumpu¬kannya sehingga bahan-bahan
tersebut tercampur baik.

4.Kompos berbau asam atau busuk
Penyebab :
Tidak cukup oxygen, terlalu basah, atau terlalu padat,
Solusi : Aduk tumpukannya sehingga dapat teraliri udara. Atau gunakan lubang-lubang bambu, pagar atau segitiga udara.
•Tambahkan bahan-bahan unsure karbon, sep¬erti : jerami, serbuk atau serutan kayu,
daun-daun kering untuk menyerap kelembabpan yang berlebihan.
•Jika sangat bau, tambahkan bahan-bahan kering diatasnya dan tunggu sampai agak
kering sebelum mengaduk tumpukannya.

5.Kompos berbau seperti amonia.
Penyebab ;
Tak cukupnya bahan karbon dalam kompos,
solusi : Tambahkan bahan karbon seperti serbuk gergaji, sekam padi, daun-daunan, jerami, cacahan koran, dll.

6.Kompos dirubungi kecoa, lalat, atau binatang lain.
Penyebab :
Bahan-bahan yang tidak tepat (daging / minyak), atau bahan-bahan tersebut terlalu dekat ke permukaan atau sisi tumpukan komposnya. Solusi : Kubur sisa-sisa makanan ditengah tumpukan.

7.Kompos dirubungi Semut Api
Penyebab :
Tumpukan mungkin terlalu kering, tidak cukup hangat, dan / atau ada sisa makanan yang terlalu dekat ke permukaan. Solusi : Pastikan tumpukannya mempunyai campuran ba¬han yang baik agar dapat menghangat, dan dijaga kelembabpannya.
Membuat Kompos Dengan Box Method dan Segitiga udara



Read More......

Menyelamatkan Sampah dengan Kompos

Selasa, 23 Juni 2009 | 13:21 WIB

PURBALINGGA, KOMPAS.com — Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mengembangkan unit pengolahan sampah organik untuk dijadikan kompos. Unit pengolahan sampah ini mampu mengonversi 97 ton sampah organik dari pasar menjadi 38,8 ton pupuk organik berkualitas tinggi.

"Kualitas pupuk yang dihasilkan ini juga telah melalui uji laboratorium dan hasilnya memenuhi 20 parameter pupuk ideal berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)," kata Prayitno, Kasubbag Pemberitaan Sekretariat Daerah Purbalingga, di Purbalingga, Selasa (23/6).

Dengan demikian, keberadaan unit pengolahan sampah ini diharapkan dapat mendukung kebersihan dan kesehatan lingkungan pasar tradisional serta mendukung Pemkab Purbalingga dalam membangun ketahanan pangan nasional berbasis pertanian organik..................

Menurut dia, Bupati Purbalingga juga menyatakan kesiapannya untuk membeli produk sampah organik sebanyak 20 ton dengan harga Rp 500 per kilogram. "Pemkab akan membeli pupuk tersebut melalui Dinas Pertanian dan Kehutanan," katanya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Purbalingga Susilo Utomo mengatakan, unit pengolahan sampah organik Pasar Segamas berdiri di atas lahan seluas 620,13 meter persegi yang disediakan Pemkab Purbalingga.

Menurut dia, pembangunan unit ini dimulai pada 25 Juli 2008 dengan lama pengerjaan enam bulan. Mengenai proses pengolahan sampah, dilakukan melalui beberapa tahapan, pemisahan antara sampah organik dan anorganik, pencacahan, penumpukan, serta pemrosesan kompos selama 14 hari.

"Proses pengolahan sampah ini sepenuhnya diserahkan kepada pihak ketiga, yakni LSM," katanya.

Produksi sampah Pasar Segamas setiap harinya berkisar 7 hingga 8 meter kubik dengan 70 persen di antaranya merupakan sampah organik.

Pupuk kompos yang dihasilkan sekitar 20 persen dari volume yang digiling atau setara dengan 500 kilogram dari volume sampah yang dihasilkan pasar.

Berdasarkan uji laboratorium, kompos organik yang dihasilkan memenuhi standar minimum SNI meski kadar zat besi pada kompos masih terlalu tinggi.

BNJ
Sumber : Ant
Read More......