Minggu, 12 Juni 2011

PERSPEKTIVE ISLAM DALAM MANAGEMENT SAMPAH ATAU LIMBAH

“Setiap kegiatan yang dilakukan manusia selalu menghasilkan sampah”
(BALI FOKUS)

Definisi Sampah atau limbah :
Limbah atau sampah adalah berbagai benda padat atau cair yang terbuang dari hasil kegiatan manusia atau alam dan dianggap tidak berguna. (BALI FOKUS)

Mukadimah

Islam adalah Din yang di dalamnya termuat berbagai metoda solving prolem yang mengakar kuat kepada aqidahnya. Segala persoalan dan penyelesaiannya berdasarkan kepda aqidah Islam. Kebersihan dan kesucian adalah salah satu syari’at Islam, mencintai sesama dan mencintai lingkungan adalah cabang dari beberapa bagian aturannya. Kebersihan dan kesucian bukan lagi akhlak – melainkan aqidah Islam, Islam mengajarkan kebersihan dengan bersuci sedikitnya 5 kali dalam 1 hari, menyarankan untuk selalu dalam bersih dan suci dalam hamper setiap waktu, sampai-sampai untuk tidurpun Islam mengajarkan untuk senantyasa suci.

Kebersihan dan kesucian tidak dapat luput dari aqidah Islam, ia (kebersihan dan kesucian) adalah syari’at Islam, dan setiap muslim yang taqwa wajib untuk menjaga diri dan lingkungannya dari najis dan kekotoran..................

Di sisi lain Islam bukalah ajaran individualis (eksklusive) dan bukan juga mengajarkan kolektivisme (bergolong-golongan) dalam membangun kemashlahatan dan membina ukhwah. Islam tidak mengenal system sosial yang di gembar-gemborkan barat dengan label sosialisme atau komunisme, yang menganut aturan kolektivitas. Islam membenarkan berkelompok dalam harakah untuk membentuk pola-pola berpikir (fikrah) yang Islami, sejalan dengan itu Islam menolak eksklusivitas atau berlebihan dalam berkelompok, yaitu menganggap kelompoknya yang paling atau ter benar. Yang benar dalam pandangan Islam adalah fikrah (pola berpikir) berdasarkan aqidah Islam, yaitu : Syari’ah Islam.

Dan , tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah kepadamu, dan jika kamu mengingkari , maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(q.s. Ibrahim(14) ayat 7)

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali .(q.s. ar Ruum (30) ayat 41)

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik ; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni'mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.(q.s. al Maidah (5) ayat 6)

Rangkaian 3 buah ayat Al Qur’an di atas adalah salah satu indikator di dalam Islam mengenai nikmat yang harus di syukuri, kerusakan alam akibat tangan-tangan manusia dan ajaran kebersihan. Dari manapun kita memulai untuk mengkaji ketiga ayat tersebut hasilnya adalah sama, kurang lebih dapat disimpulkan bahwasannya Islam mengajarkan kebersihan, mensyukuri nikmat dengan mengoptimalkan setiap daya dan sumber daya, menjaganya agar lestari untuk kemashlahatan, tidak sebaliknya yaitu berdekatan atau bahkan bergelimang kekotoran (najis), kufur atau ingkar kepada nikmat Allah s.w.t., merusak alam, memanfaatkannya untuk kepentingan sesaat, tidak peduli akan dampak kerusakan serta kerugiannya. Lebih konyolnya lagi biasanya manusia seperti ini malah berkata bahwasannya dia telah melakukan perbaikan (q.s. al Baqarah (2) ayat 11).

Setiap kegiatan yang dilakukan manusia selalu menghasilkan sampah.

Fakta di atas tidak dapat di pungkiri, sejujurnya setiap makhluk hidup menghasilkan limbah. Sesuatu yang terjadi secara spontan dan sadar serta tidak lepas dari tiap gerak hidup makhluk, kemudian ia tidak berdaya untuk menghindarinya adalah takdir, lebih spesifik itu adalah suratan yang jelas yang tidak mungkin dihindari siapa saja. Inilah sunnatuLLah, qadar Allah azwa. Yang telah tetap kejadiannya. Hakekat kejadian adalah interaksi benda dengan benda (mahluk dengan mahluk). Contoh: peristiwa tabrakan, kebakaran, dll.

Allah telah menciptakan khasiat/karateristik/sifat-sifat pada semua mahluk sesuai dengan nidzham wujud. Misalnya: khasiat membakar pada api, khasiat memotong pada pisau serta adanya kebutuhan jasmani dan naluri pada manusia. Penciptaan mahluk dengan segala karateristik (ketetapan) nya inilah yang disebut qadar. Dalam hal ini tidak ada campur tangan manusia sedikitpun namun ia wajib mengimani bahwa qadar itu hanya dari Allah. Seluruh khasiat benda/mahluk memiliki kecenderungan untuk digunakan oleh manusia untuk beramal / berbuat berupa kebaikan atau keburukan.

Berkaitan dengan limbah atau sampah yang selalu beriringan dengan makhluk dalam tiap geraknya juga mempunyai kecenderungan kepada sifat-sifat yang tertanam di dalam jiwa-jiwa makhluk. Tiap-tiap makhluk memiliki caranya sendiri untuk menetralisir apa-apa yang ia perbuat dan hasilkan. Contohnya : seekor kucing selalu berusaha menggali tanah jika hendak mengeluarkan kotoran, kemudian ia (kucing tersebut berusaha untuk menutupnya sesuai dengan kemampuannya. Manusia menghasilkan sampah atau limbah, kenapa menjadi suatu persoalan yang pemecahannya menjadi teramat rumit dan berbelit-belit. Kuncinya ada di dalam rasa tanggung jawab akan perbuatannya dan cermin dari rasa syukurnya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Individu manusia mungkin tidak mampu menyelesaikan persoalan sampah ini, namun sekelompok manusia apalagi terorganisir rapi, di biayai oleh masyarakat, tidak mampu mengatur persoalan yang ironisnya di hasilkan oleh dirinya sendiri, tidak mencerminkan dirinya sebagai manusia. Seekor kucing mungkin tidak bisa rapi dalam menutupi kotoran yang dihasilkannya, itupun karena media alami yang menjadi tempatnya membuang kotoran telah terganti dengan media hasil rekayasa manusia. Jika saja manusia lebih bersahabat dalam mengelola lingkungannya maka si kucing akan lebih rapi dalam membungkus kotoran hasil dari dirinya. waLlahu a’lam.
Solusi Islam dalam penanggulangan Sampah atau Limbah.

Manusia sebagai makhluk yang mulia, dilebihkan dalam banyak hal di dalam dirinya, diberikan kekuasaan untuk mengelola bumi, tetapi ia tidak mampu mengelola kotoran yang dihasilkannya sendiri adalah sebuah kekufuran (pengingkaran) terhadapat nikmat yang telah diterimanya, menjadikannya tidak lebih baik dari seekor kucing, bahkan lebih buruk lagi.(q.s. al A’raaf (7) ayat 179).

Sampah sebagai limbah buangan, tidak terpakai, tidak memiliki nilai ekonomis adalah kewajiban tiap muslim untuk mengaturnya, jika sudah ada seseorang atau kelompok orang yang telah melakukan pengaturan terhadap sampah tersebut maka pupuslah sudah kewajiban tersebut (fardhu kifayah). Namun jika sampah tidak terkendali dan pengatur sampah tidak mempu menanggulangi persoalan sampah ini, maka realitasnya sama dengan tidak ada yang mengaturnya atau mengelolannya. Artinya pemerintah sebagai pengemban amanah rakyat, petugas kemasyarakatan telah berlaku dzalim atau sekurang-kurangnya lalai, terlebih lagi masyarakat telah terbebani dengan sejumlah materi untuk melangsungkan kegiatan pengaturan sampah tersebut. Pemerintah tidak amanah dalam melaksanakan pengurusan kemasyarakatan terutama dalam menanggulangi masalah limbah atau sampah ini. Sekalipun pengelolaan sampah menjadi fardhu kifayah bagi muslimin, di dalam lingkungan rumah tangga ia menjadi fardhu ain sebelum sampah diangkat menuju TPS.

Tidak ada komentar: