Jumat, 13 Juni 2008

MEMILAH SAMPAH…?

MEMBUANG SAMPAH SESUAI DENGAN JENISNYA.

“Nak …, jangan lupa bungkus permennya dibuang sampah pada tempatnya!” Si anak dengan piawainya membuka bungkus permen kemudian berlari menuju ke tempat sampah yang terletak di sudut depan pekarangan rumahnya. Si anak membuka tutup tempat sampah sambil menutup hidungnya, karena ketika dia membuka tutup tempat sampah tersebut bau tak sedap menyeruak kesetiap syaraf penciumanya yang masih fresh, ia pun membuang sehelai bungkus permen yang isinya telah lumat dikunyahnya. Kemudian ia kembali mendekati ibunya yang sedang asik menyapu teras rumah, sang Ibu terkesima melihat perubahan air muka pada si bocah yang lugu itu, seketika itu juga bocah kecil lugu itu berkata : “Ibu…aku gak mau lagi buang sampah di depan, bau, banyak lalatnya lagi.” Sang ibu menjadi kaget dan terkesima, ia mendekati anaknya dengan penuh kasih sayang, ibunya berkata : “Masa nak…yuk coba kita lihat lagi tempat sampah di depan, sekalian ibu mau membuang kotoran lantai.” Sang Ibu dengan tergesa-gesa menyelesaikan pekerjaan menyapu lantainya-mewadahi kotoran lantai ke sebuah pengki kemudian menggandeng anaknya menuju tempat sampah di depan rumahnya.

Sampai di depan rumah, di tempat pembuangan sampah rumahan yang terbuat dari campuran semen-pasir dan tumpukan batu bata, sang ibu sambil menyelidik membuka penutup tempat sampah yang terbuat dari kayu,.... seketika bau menyengat keluar dari tempat sampah tersebut. Di bukanya lebar-lebar penutup tempat sampah, tempat sampah itu masih terlihat kosong lebih dari 3/4nya, tapi bau dan lalat sedemikian menyengat dan banyaknya. Bukan main kagetnya sang ibu karena telah membiarkan anaknya mendekati bahkan menyentuh sumber penyakit yang bisa mengganggu kesehatan tubuh anaknya, atau bahkan bisa merenggut jiwanya karena bakteri, protozoa, jamur dan banyak lagi. Sang Ibu yang bijaksana itu berkata kepada anaknya sambil menutup penutup tempat sampah yang berpenyakit dan bau itu, “ Ia nak, kamu tidak perlu membuang sampah ke sini lagi, nanti Ibu akan bicara kepada Bapak supaya dibuatkan tempat sampah yang lebih baik dari ini, supaya tidak bau dan banyak lalatnya, nanti kamu membuang sampah di tempat yang baru itu.” Si anak mengangguk dengan wajah memerah kesenangan.

Fragmen singkat tadi adalah sebuah fakta, meskipun cerita di atas bukan kenyataan namun permasalahan yang dihadapi Ibu-ibu dan masyarakat pada umunya relative sama, mengenai penanganan strategis sampah rumah tangga. Solusinya adalah 3R, yaitu Reducing (mengurangi) volume pembuangan sampah, Recycling (mendaur ulang – dengan bantuan pihak industri) dan Re Use (menggunakan kembali barang-barag yang masih bisa bermanfaat).

REDUCING (Mengurangi Volume Pembuangan Sampah)

Mengurangi volume pembuangan sampah dengan membatasi keperluan sebatas kebutuhan, jika tidak terlalu dibutuhkan atau masih ada barang lain yang serupa dan masih bisa digunakan tidak perlu mengganti atau menambah barang yang lama. Dengan Reducing atau mengurangi ini dua manfaat sekaligus didapat Volume Sampah berkurang dan Hemat Biaya.

RECYCLING (Mendaur Ulang – dengan bantuan para pihak Industri)

Pada umumnya proses Recycling memang dilakukan di pabrik-pabrik atau paling tidak industri-industri rumahan. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bagi Ibu-ibu rumah tangga atau Bapak-bapak yang memiliki rutinitas keseharian yang padat dapat berpartisipasi dalam tataran proses Recycling ini, yaitu dengan memisahkan antara sampah organik (yang berasal dari makhluk hidup) dan non organik (yang bukan berasal dari makhluk hidup), bahkan jika perlu memisahkan juga sampah B3 (zat kimia dan racun). Dengan memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya akan memudahkan proses daur ulang, berikut ini adalah proses perjalanan recycling atau daur ulang ;

  1. Di tempat pembuangan sampah (TPS/TPA) para pemulung memilah sampah kering berdasarkan jenisnya diantaranya jenis plastic, kertas dan logam. Plastic, kertas dan logam terklasifikasi menjadi beberapa katagori, makin spesifik jenisnya maka makin mahal harganya.
  2. Setelah dipilah berdasarkan jenis dan klasifikasinya sampah-sampah tersebut di bersihkan dari kotoran atau sesuatu yang menempel bukan dari jenisnya, untuk plastik perlu di cuci, logam dan kertas cukup memisahkan saja. Sama halnya dengan proses pemilahan, semakin bersih sampah-sampah yang telah terklasifikasi, semakin tinggi harga jualnya.
  3. Proses berikutnya adalah pencacahan dan peleburan. Setelah sampah-sampah tersebut menjadi satu jenis (berdasarkan kebutuhan) dan bersih, proses berikutnya adalah pencacahan, pada umumnya proses ini tidak di lakukan pada sampah jenis logam. Pencacahan hanya dilakukan pada jenis plastik dan kertas, untuk jenis plastik padat pencacahan dilakukan dengan proses aerasi (menggunakan air) sebagai media peredam panas untuk menghindari proses pemuaian yag berlebih pada plastik. Untuk jenis kertas dan plastik lunak seperti kantung keresek dan jenis PE tidak membutuhkan air tetapi membutuhkan alat pencacah yang berbeda dan pisau (blade) yang lebih tajam memotong. Untuk proses pencacahan dengan air out put atau hasil cacahan mutlak harus kering jika tidak akan mengurangi nilai jual sesuai dengan kadar air dari hasil cacahan.

Peleburan adalah proses akhir dari daur ulang sehingga sampah-sampah yang tidak bermanfaat tadi bisa dijadikan bahan yang multi manfaat berdasarkan produksi. Hasilnya adalah biji plastik yang dapat di pergunakan untuk berbagai kebutuhan produksi, kertas daur ulang yang kualitasnya tidak berbeda dengan kertas bukan daur ulang, dan logam leburan yang memiliki kualitas ketahanan sedikit berbeda dengan kualitas logam dari alam, namun hal ini sepadan dengan nilai jual atau belinya yang begitu jauh marginnya.

Tidak hanya kelas pabrik atau home industri saja yang bisa melakukan proses recycling, rumah tangga juga bisa melakukannya bahkan bisa menjadi bisnis yang menjanjikan jika dikelola dengan management yang tepat. Seperti halnya pemilahan jenis plastik, kertas dan logam, apa susahnya memilah tiga jenis bahan utama industri ini, siapapun bisa melakukannya. Dengan sedikit pengalaman dan pengetahuan anda juga bisa membedakan klasifikasi berdasarkan kebutuhan industri seperti berikut harga pasaran lapak-lapak umum :

Luar biasa bukan, sudahkah anda menghitung berapa banyak rupiah yang sudah anda buang jika saja semua itu anda perhitungkan, atau bahkan anda berniat untuk melakukan bisnis barang-barang bekas. Mungkin juga anda ingin menjadi pelaku industri rumahan setidaknya dengan menggunakan barang-barang recycling sehingga keuntungan bisa berlipat ganda. Dengan recycling tidak hanya bisa mengurangi volume sampah tetapi bahkan bisa menjadi sumber bisnis yang besar dan luar biasa manfaatnya.

Industri rumahan atau home industry bisa saja dilakukan dengan memproduksi berbagai kerajinan tangan atau membuka toko barang-barang antik.

RE USING (Menggunakan Kembali dan Memaksimalkan Manfaat)

Berpikirlah beberapa kali jika mau mengganti barang-barang lama anda, cukupkan informasi mengenai barang lama anda, apakah masih bisa diperbaiki, atau masih bisa dipergunakan untuk keperluan lain, misalnya ember bocor untuk komposting, selang bekas untuk menjemur pakaian, panci dan baskom bekas untuk pot dan banyak lagi hal lainnya. Hanya memerlukan sentuhan kecil, kreatif dan terampil semuanya akan menjadi lebih bermanfaat dan lebih indah. Siapa yang tidak mau disebut terampil dan kreatif, oleh karena itu Maksimalkanlah pemanfaatan barang-barang bekas anda dan panjangkanlah umur penggunaan barang-barang lama anda. Itu semua bermanfaat bukan Cuma untuk anda, juga untuk generasi dan alam lingkungan kita.

KOMPOSTING

Setelah berpanjang lebar mengenai sampah kering, bagaimana dengan sampah basah atau organik? Penjelasannya demikian. Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta menciptakan segala sesuatu lengkap dengan solusinya, jadi mudah saja rumusnya : “yang dari alam dikembalikan kepada alam dengan komposting dan yang berasal dari pabrik dikembalikan kepada pabrik sebagai Produsen.”

Cobalah untuk berpikir lebih simple dan rasional sehingga pemecahan problem sampah ini tidak menjadi sulit dan memerlukan biaya yang luar biasa besarnya. Seharusnya karena sampah adalah salah satu siklus alam (karena mustahil manusia atau makhluk hidup tidak menimbulkan limbah/sampah) jadi solusinya seharusnya mudah dan murah bahkan gratis.

KESIMPULAN

Penanganan masalah sampah harus dimulai dari tingkat yang paling rendah yaitu keluarga. Setiap rumah tangga harus mampu mengelola sampahnya sendiri. Dengan kata lain sampah rumah tidak di buang keluar rumah. Oleh karena itulah, setiap keluarga harus memiliki manajemen sampah, Masalah sampah berkaitan dengan kesadaran masyarakat, paradigma masyarakat Indonesia dewasa ini membutuhkan sebuah gerakan penyadaran akan pentingnya lingkungan bersih tanpa sampah, meskipun hal ini sulit diterapkan – penting artinya sebuah kegiatan atau gerakan meskipun kecil demi kemashlahatan – jika tidak kapan lagi harus berbuat.

Pengelolaan sampah berkaitan erat dengan budaya dan pendidikan, suatu daerah yang madaniyah lebih maju karena budaya dan pendidikannya lebih baik. Di Indonesia terkenal sebagai negara kaya, tetapi sikap salah yang berkepanjangan, yaitu : sampah adalah urusan pemerintah.” Pemerintah pun mengambil peran terlalu besar mengurusi sampah, seharusnya Pemerintah menggabungkan sistem yang telah ada dengan kultur masyarakat, sehingga masyarakat dapat memperoleh average secara ekonomi, maksudnya apabila segala sesuatu dilakukan dengan konsep yang tepat maka akan memiliki nilai tambah yang bermanfaat.

Memanfaatkan sampah organik untuk dijadikan kompos yang berguna bagi pertanian rumah tangga atau pertanian independen, misalnya dalam penanaman stroberi, padi dalam pot, dan kangkung untuk konsumsi domestik. Selain pertanian juga bisa mengembangkan potensi industri rumahan dengan mengkreasikan kembali barang-barang bekas menjadi sesuatu yang unik dan bermanfaat atau mendaur ulang bahan-bahan tertentu sehingga menjadi produk yang benar-benar baru. Melalui pendekatan ekonomi independen rumah tangga, banyak orang tertarik mempelajari hidup tanpa sampah.

Membina masyarakat dan pengembang dalam membuang sampah dan membentuk motivator-motivator lingkungan pada tataran komunitas serta bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam mengelola limbah seharusnya menjadi perhatian kita bersama terutama pemerintah daerah. Kunci keberhasilan management sampah modern ada di dalam satu kalimat yaitu, membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Membuang sampah dengan tanpa memilahnya adalah tradisi primitive dimana rasio dan akal manusia menjadi mandul dan tumpul. Pertanyaanya adalah ada di posisi manakan anda?

Jadi jika seorang Ibu bijak di dalam narasi di atas menceritakan tentang nasihat kepada anaknya untuk membuang sampah pada tempatnya adalah sudah baik maka sudah saatnya menjadikannya untuk lebih baik atau tepatnya menjadikannya benar, yaitu memilah sampah dan membuangnya sesuai dengan jenisnya……

Tidak ada komentar: