Minggu, 24 Agustus 2008

Pupuk Alami

Pupuk secara bahasa yaitu memelihara dan menjaga sesuatu sehingga bisa menjadi tumbuh dan berkembang. Kata pupuk biasa di gunakan untuk sesuatu yang bisa menyuburkan tanaman sehingga menjadi baik.

Alami artinya sesuatu yang berasal dari alam baik cara, bahan maupun tekhnik-tekhniknya mengikuti siklus alam.

Jadi pupuk alam adalah menjadikan sesuatu menjadi tumbuh dan berkembang dengan bahan, cara dan tekhnik dari alam.

Karena ada tekhnik alam yang diadopsi jadi sedikitnya perlu diketahui bagaimana alam membuat pupuk. Hutan yang sedemikian luasnya, mampu memberi makanan kepada milyaran tumbuhan – tanpa ada yang menyirami kecuali hujan. Jawaban semua itu ada pada satu kata ‘humus’, hutan banyak sekali menyimpan humus di tanahnya. Humus adalah media tumbuh yang sangat sempurna, mikro organisme sangat senang hidup di dalam humus. Tetapi apakah humus mengandung makanan? Benar humus banyak mengandung makanan bagi mikro organisme, sehingga mereka betah tinggal di situ. Tetapi apakah setiap humus mengandung atau didiami oleh mikro organisme yang cukup banyak? Mikro organisme di dalam humus atau tanah adalah makanan bagi setiap tumbuhan yang tumbuh di permukaan tanah, tumbuhan akan tumbuh dengan suburnya jika media (humus atau tanah) banyak mengandung mikro organisme yang cukup). Kenapa harus cukup banyak mikro organismenya, karena jika terlalu banyak mikro organisme yang terjadi malah akan sebaliknya, yaitu : mikro organisme yang memakan tumbuhan, tumbuhan akan kering dan kalau tidak tahan akan mati.

Kembali kepada ide mengadopsi ide kepada alam, kecenderungan alam akan selalu tepat dalam memproses humus – sehingga humus hutan aman buat tumbuhan. Semuanya terletak pada simbiosis mutualime, yaitu : ketergantungan hidup sesama makhluk hidup, sekalipun seekor kerbau tidak mampu membesihkan kulitnya dari kutu-kutu, burung-burung kecil membantunya membersihkan kutu-kutu tersebut – sekalipun tumbuh benalu atau parasit di pohon, hewan atau parasit lain yang membantu sang indung.

Kesimpulannya, natural atau alami tidak sekedar alami bahan tetapi tekhniknya juga mengikuti siklus alami. Jangan merusak alam atau membinasakan alam, lakukan sesuatu yang sifatnya mematikan hanya jika akan bermanfaat kepada diri atau orang lain. Misalnya : membunuh hewan atau tumbuhan untuk dimakan, dipergunakan untuk kebutuhan hidup –bukan foya-foya, riya, dan banyak lagi kesia-siaan. Atau membunuh jika sesuatu itu telah melakukan kerusakan yang berat sehigga perlu diberantas, hal inipun harus mempertimbangkan aspek eksistensi makhluk yang akan dibunuh tersebut. Jadi jangan keterlaluan kalau mau memberantas hama, cukup di kurangi saja jangan sampai membinasakan. Karena komunitas makhluk yang menjadi hama (disebut hama karena merusak) jika jumlahnya sudah melebiha siklus alam itu sendiri. Kalau makhluk itu tetap eksis dengan takarannya insya Allah justru menguntungkan.

Makhluk hidup

Keanekaragaman hayati (makhluk hidup) adalah sebuah fenomena alam yang isinya banyak sekali berperan dalam eksistensi manusia dan makhluk hidup lainnya. Mudahnya manusia tidak hanya membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupan tetapi manusia juga membutuhkan makhluk hidup lain untuk menunjang kehidupannya, pernahkah kita menyadari kemudian merenungkan betapa tubuh manusia didiami oleh milyaran makhluk hidup lain yang kestabilan eksistensinya dibutuhkan tubuh, jika saja satu diantara komunitas mereka tidak stabil, berlebih atau berkurang, manusia akan merasakan dampaknya – yang kita kenal dengan sakit. Jadi sakit itu adalah bahan renungan dimana manusia telah melakukan kesalahan terhadap makhluk hidup yang ada di dalam tubuhnya. Bagaimana dengan makhluk yang ada di luar tubuh? Secara umum hampir serupa. Semua makhluk hidup tersebut membutuhkan media untuk hidup, seperti halnya manusia membutuhkan tempat berteduh dari panas dan dingin, makanan dan pelindung tubuhnya. Hanya saja pada makhluk selain manusia, mereka hidup hanya sekedar siklus ; lahir – tumbuh – berkembang – tua dan mati. Manusia juga mengalami sklus yang sama dengan sedikit perbedaan pada fase tumbuh dan berkembang, manusia mempunyai pilihan sesuai dengan kemampuan akalnya (rasio) dalam menentukan pertumbuhannya dan perkembangan nya, maksudnya manusia bisa mengatur fase pertumbuhan dan perkembangan, tidak hanya untuk dirinya tetapi seluruh makhluk lain dan benda mati lainnya. Jadi dalam hal ini manusia lah yang menentukan mau ke arah mana kehidupan alam ini menuju. Oleh karena itu manusia adalah pemimpin di muka bumi, karena manusia bisa menentukan rusak atau benar nya kehidupan.

Media hidup makhluk hidup

Setiap makhluk hidup lahir – tumbuh – berkembang – tua dan mati dalam sebuah komunitas, kemudian kemunitas tersebut bersinergi dengan lingkungan sehingga terbentuklah sebuah ekosistem. Habitat makhluk hidup tidak terbatas kepada tempat atau media mati saja, habitat makhluk hidup mutlak membutuhkan keberadaan makhluk hidup lain untuk menjaga kesinambungan khidupan makhluk hidup, oleh karena itu media mati seperti tanah, batu, udara, air dan lain sebagainya mutlak didiami oleh beraneka ragam mkhluk hidup agar alam lestari.

Tanah

Media hidup yang paling besar adalah udara, air, dan tanah. Udara, Air, dan tanah terbentuk dari jalinan berbagai unsure dan proses kimia alam. Tanah adalah salah satu bagian dari media hidup tersebut, tanah didiami oleh triliyunan makhluk hidup termaksud manusia, ada yang mikro (tidak terlihat) dan ada yang makro (terlihat) semuanya saling membutuhkan dan kebutuhan ini dalam skala yang cukup (tidak kurang dan tidak lebih). Untuk menjadi media yang nyaman didiami oleh makhluk hidup tanah membutuhkan udara dan air yang cukup pula yang kita kenal dengan PH (Potensial Hidrogen) atau tingkat keasaman tanah. PH tanah yang baik umumnya adalah 7, jika lebih menjadi basa – jika kurang menjadi asam. PH tanah yang baik dan seimbang membutuhkan sentuhan tangan manusia sebagai pengatur nya. Sebagai pertimbangan umum, pada umumnya setiap benda mati memiliki kecenderungan asam atau basa agar menjadi seimbang (netral) keduanya harus dicampurkan sesuai dengan dosis yang ada. Khusus untuk tanah, ia memiliki potensi asam karena makhluk hidup mengambil basa tanah – dan makhluk hidup memiliki basa yang tinggi setelah mati. Jadi tanah membutuhkan makhluk hidup yang mati untuk menjaga keseimbangan PH nya.

Makhluk hidup yang mati akan dikonsumsi oleh makhluk hidup lain di tanah, kemudian proses dan sisa dari proses tersebut menstabilkan kondisi tanah. Inilah ide awal pembuatan PUPUK ORGANIK.

Pupuk organik

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pupuk adalah menjadikan sesuatu tumbuh dan berkembang. Organik adalah makhluk hidup atau biota, jadi membuat pupuk organik sama dengan memelihara biota (makhluk hidup). Kemudian media hidup mereka tanah, air dan udara. Bisa di analogikan kebutuhan biota tanah akan tanah, air dan udara adalah 60:20:20. Biota tanah hidup di tanah oleh karena itu presentasi kebutuhan tanahnya lebih besar, kemudian air dan udara. Jika air dan udara nya dihilangkan maka tidak akan ada kehidupan biota tanah. Oleh karena itu dibuthkan tanah yang mampu meesap air dan menjaganya agar tidak lekas hilang, begitu juga kebutuhan akan udara. Tanah yang subur secara fisik dapat terlihat dari kegemburannya, karena mengandung udara dan air yang cukup, juga bisa terlihat dari warnanya, jika gelap menunjukan kadar air yang banyak, contoh : tanah Lumpur. Tanah lumpur sedikit sekali mengandung udara sehingga tanah lumpur tidak baik untuk pertumbuhan biota-biota tertentu, maka pada umumnya tanah lumpur membutuhkan proses lagi agar ia dapat dipergunakan untuk tanaman pada umumnya.

Berikut ini adalah kutipan mengenai pupuk organik dan pupuk hayati (bio fertilizer) dari http://www.isroi.wordpress.com



Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pupuk Kimia

Banyak orang yang sering salah presepsi dalam menggunakan pupuk kimia, pupuk hayati dan pupuk organik. Pupuk organik dan pupuk hayati seringkali disamakan dengan pupuk kimia. Padahal pupuk-pupuk ini sebenarnya berbeda sama sekali.

Pupuk Kimia

Seperti namanya pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia atau juga sering disebut dengan pupuk buatan. Pupuk kimia bisa dibedakan menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia majemuk. Pupuk kimia tunggal hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk kimia majemuk memiliki kandungan hara lengkap. Pupuk kimia yang sering digunakan antara lain Urea dan ZA untuk hara N; pupuk TSP, DSP, dan SP-26 untuk hara P, Kcl atau MOP untuk hara K. Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Komposisi haranya bermacam-macam, tergantung produsen dan komoditasnya.

Pupuk Organik



Kompos, pupuk organik yang murah dan mudah dibuat.

Pupuk organik seperti namanya pupuk yang dibuat dari bahan-bahan organik atau alami. Bahan-bahan yang termasuk pupuk organik antara lain adalah pupuk kandang, kompos, kascing, gambut, rumput laut dan guano. Berdasarkan bentuknya pupuk organik dapat dikelompokkan menjadi pupuk organik padat dan pupuk organik cair. Beberapa orang juga mengkelompokkan pupuk-pupuk yang ditambang seperti dolomit, fosfat alam, kiserit, dan juga abu (yang kaya K) ke dalam golongan pupuk organik. Beberapa pupuk organik yang diolah dipabrik misalnya adalah tepung darah, tepung tulang, dan tepung ikan. Pupuk organik cair antara lain adalah compost tea, ekstrak tumbuh-tumbuhan, cairan fermentasi limbah cair peternakan, fermentasi tumbuhan-tumbuhan, dan lain-lain.

Pupuk organik memiliki kandungan hara yang lengkap. Bahkan di dalam pupuk organik juga terdapat senyawa-senyawa organik lain yang bermanfaat bagi tanaman, seperti asam humik, asam fulvat, dan senyawa-senyawa organik lain. Namun, kandungan hara tersebut rendah. Berdasarkan pengalaman saya, tidak ada pupuk organik yang memiliki kandungan hara tinggi atau menyamai pupuk kimia.

Orang sering kali menghitung kebutuhan pupuk organik berdasarkan kandungan haranya saja. Kandungan hara pupuk organik disetarakan dengan kandungan hara dari pupuk kimia yang biasa digunakan. Akibatnya kebutuhan pupuk organik jadi berlipat-lipat dibandingkan dengan dosis pupuk kimia. Sebagai contoh kompos dengan kandungan sebagai berikut: 2.79 % N, 0.52 % P2O5, 2.29 % K2O. Maka dalam 1000 kg (1 ton) kompos akan setara dengan 62 kg Urea, 14.44 kg SP 36, dan 38.17 kg MOP. Cara menghitungnya sebagai berikut:

Hara N =
(%N Kompos x 1000 kg)/%N Urea = (2.79% x 1000 kg)/45% = 62 kg

Hara P=
(%P2O5 kompos x 1000 kg)/%P2O5 SP-36 = (0.52% x 1000 kg)/36% = 14.44 kg

Hara K=
(%K2O kompos x 1000 kg)/%K2O MPO = (2.29% x 1000 kg)/60% = 38.17 kg

Misalkan padi biasanya diberi pupuk kimia dengan dosis 200 kg Urea,100 kg SP-36, dan 150kg MOP/KCl. Agar haranya sama maka kompos yang diperlukan kurang lebih sebanyak 7 ton. Dosis yang besar ini akan berimplikasi langsung terhadap biaya pemupukan. Jika dihitung biaya pemupukan dengan pupuk organik/kompos jauh lebih besar daripada biaya pemupukan dengan pupuk kimia. Belum lagi biaya untuk aplikasi kompos tersebut. Perbandingan biayanya sebagai berikut:

Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa pupuk organik/kompos tidak bisa dihitung berdasarkan unsur haranya saja. Kalau Anda tidak percaya Anda bisa melakukan percobaan sederhana untuk membandingkan kedua pupuk ini. Ambil tanah, sebaiknya gunakan tanah-tanah marjinal. Masukkan ke dalam dua polybag yang ukuran dan isinya sama. Satu polybag diberi kompos dengan dosis 0.5 รข€“ 1 kg. Polybag yang lain diberi pupuk kima beberapa sendok. Ya… kira-kira kandungan haranya sebanding. Trus tanam sembarang tanaman, bisa biji cabe, tomat, cay sim, mentimum, atau tanaman-tanaman lainnya. Letakkan di tempat yang sama. Beri perlakuan penyiraman, penyiangan, dan perlakuan lainnya yang sama. Tunggu beberapa lama hingga tanaman tumbuh besar dan menghasilkan. Coba bandingkan, tanaman mana yang lebih bagus hasilnya?

Cara sederhana menguji pupuk kimia, pupuk organik, dan pupuk hayati. (A) kontrol, tanpa pemupukan sama sekali. Tanaman terlihat sangat merana. (B) Diberi pupuk kimia, tanaman tetap merana meskipun tumbuh lebih baik. (C) Diberi kompos/pupuk organik. Hasilnya jauh lebih baik. (D) Diberi pupuk organik/kompos dan biofertilizer. Tumbuhnya paling baik.

Saya hampir yakin 90% kalau tanaman yang diberi kompos akan tumbuh lebih baik daripada tanaman yang diberi pupuk kimia, meskipun kandungan haranya sebanding. Pertanyaannya adalah MENGAPA BISA DEMIKIAN????

Orang sering lupa bahwa selain kandungan hara, pupuk organik juga mengandung senyawa-senyawa organik lain. Meskipun kandungan haranya rendah tetapi kandungan senyawa-senyawa organik di dalam kompos ini memiliki peranan yang lebih penting dari pada peranan hara saja. Misalnya, asam humik dan asam fulvat. Kedua asam ini memiliki peranan seperti hormon yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kompos diketahui dapat meningkatkan nilai KTK (kapasitas tukar kation) tanah. Artinya tanaman akan lebih mudah menyerap unsur hara. Tanah yang diberi kompos juga menjadi lebih gembur dan aerasi tanah menjadi lebih baik. Tanah yang diberi kompos lebih banyak menyimpan air dan tidak mudah kering. Jika diamati lebih jauh, aktivitas mikroba pada tanah yang diberi kompos akan lebih tinggi daripada tanah yang tidak diberi kompos. Mikroba-mikroba ini memiliki peranan dalam penyerapan unsur hara oleh tanaman. Singkat cerita, kompos dapat memperbaiki sifat kimia, sifat fisik, dan sifat biologi tanah.

Lalu bagaimana menghitung kebutuhan pupuk organik/kompos?

Sampai saat ini saya belum menemukan rumus, baik dari pengalaman saya sendiri atau dari literatur orang lain, untuk menghitung kebutuhan pupuk organik/kompos ini. Kandungan pupuk organik sangat beragam. Karakteristiknya pun bermacam-macam. Sama-sama pupuk kandang, pupuk kandang di P Jawa bisa saja sangat berbeda dengan pupuk kandang di P Sulawesi. Belum lagi hubungannya dengan jenis tanah, iklim, kondisi lingkungan, cara budidaya dan komoditas tanaman yang berbeda-beda. Umumnya dosis pupuk organik/kompos ditentukan secara empirik. Ini adalah hasil penelitian dan ujicoba. Mungkin juga pengalaman lapang petani selama bertahun-tahun.

Contoh pupuk organik berbentuk granul yang ada dipasaran.

Dalam kondisi tertentu, pupuk organik/kompos dapat diberikan tanpa menambahkan pupuk kimia sama sekali. Cara ini dipraktekkan dalam budidaya pertanian organik. Yang lebih sering dilakukan adalah mengkombinasikan antara pupuk organik dengan pupuk kimia. Sebagian kebutuhan hara tanaman disubstitusi antara pupuk kimia dan pupuk organik. Caranya dengan menghitung berapa kombinasi yang paling ekonomis, baik dilihat dari sisi biaya maupun hasilnya. Patokan yang sering dipakai adalah 50% dosis pupuk kimia diganti dengan sejumlah pupuk organik. Dosisnya bisa 1 - 2 kg atau bahkan hingga 30 kg/pokok.

Untuk mendapatkan dosis yang paling tepat dilakukan dengan ujicoba di rumah kaca dan di lapang dalam skala yang cukup luas.

Pupuk Hayati


Contoh biofertilizer import dalam bentuk cair.


Link terkait: Penjelasan tambahan tentang mikroba untuk memperkaya kompos


Nama keren pupuk hayati adalah biofertilizer. Ada yang juga menyebutnya pupuk bio. Apapun namanya pupuk hayati bisa diartikan sebagai pupuk yang hidup. Sebenarnya nama pupuk kurang cocok, karena pupuk hayati tidak mengandung hara. Pupuk hayati tidak mengandung N, P, dan K. Kandungan pupuk hayati adalah mikrooganisme yang memiliki peranan positif bagi tanaman. Kelompok mikroba yang sering digunakan adalah mikroba-mikroba yang menambat N dari udara, mikroba yang malarutkan hara (terutama P dan K), mikroba-mikroba yang merangsang pertumbuhan tanaman.

Kelompok mikroba penambat N sudah dikenal dan digunakan sejak lama. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada juga yang bebas (tidak bersimbiosis). Contoh mikroba yang bersimbiosis dengan tanaman antara lain adalah Rhizobium sp Sedangkan contoh mikroba penambat N yang tidak bersimbiosis adalah Azosprillium sp dan Azotobacter sp.

Mikroba pelarut P dilaporkan oleh orang Rusia bernama Pikovskaya pada tahun 1948 yaitu Bacillus megatherium var. phosphaticum, dan mulai digunakan sebagai inokulum pertanian sejak tahun 1950-an Beberapa mikroba yang diketahui dapat melarutkan P dari sumber-sumber yang sukar larut ditemukan baik dari kelompok kapang/fungi seperti Penicillium sp dan Aspergillus sp, atau dari kelompok bakteri seperti Bacillus sp dan Pseudomonas sp.

Tidak ada komentar: